Disrupsi Teknologi Mampu Jadi Peluang

Disrupsi Teknologi Mampu Jadi PeluangTernyata sebagian masyarakat Indonesia khawatir dan takut dengan pesatnya perkembangan teknologi dan revolusi industri 4.0, salah satu penyebabnya karena banyak lapangan kerja yang hilang akibat kondisi yang dikenal sebagai disrupsi teknologi.

Deputi Bidang Koordinasi Kebudayaan Kementerian koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK), Nyoman Shuida menyampaikan, disrupsi teknologi itu sebenarnya mampu jadi peluang menjanjikan, asal masyarakat, pemerintah, sektor industri dan sektor lainnya mau bertransformasi dengan perubahan itu serta bergotong royong memanfaatkan perubahan yang ada.

“Ini peluang bagi bangsa kita apalagi dengan bonus demografi yang begitu melimpah, memang kecepatan adaptasi dan kolaborasi bersama dalam memanfaatkan kecepatan perubahan teknologi merupakan prasyarat dalam mengoptimalkan perubahan akibat revolusi industri 4.0 ini,”  kata Nyoman Shuida di Jakarta, Kamis (22/11).

Kecepatan adaptasi ini jadi faktor penentu keberhasilan bersama dalam memanfaatkan kondisi disrupsi teknologi itu. Nyoman menambahkan bahwa di Kedeputian Bidang Koordinasi Kebudayaan Kemenko PMK  juga telah mengantisipasi kondisi tersebut, segala macam bentuk koordinasi, pengendalian dan pengawasan tentang perubahan sosial budaya (sosbud) diupayakan mendorong kebijakan-kebijakan yang sesuai dengan perubahan zaman. “intinya kebijakan yang inovatif, kreatif dan kontekstual,” imbuhnya.

Bukan hanya itu, kebijakan-kebijakan pemerintah yang lebih mengedepankan industri kreatif, yang salah satunya melalui pembentukan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) memang diupayakan agar mampu memanfaat peluang yang ada. Nyoman pun yakin, kedepannnya, badan tersebut  mampu menciptakan kreasi menarik, seperti dalam bentuk Film, design, platform aplikasi dan berbagai inovasi-inovasi teknologi yang baru.

“keberadaan Bekraf pula, ditujukan agar generasi milenial mampu berinovasi sekreatif mungkin, sehingga dapat beradaptasi cepat seirama kecepatan perkembangan teknologi dan nantinya mampu menciptakan lapangan kerja baru bagi yang lain,” jelas Nyoman.

Disrupsi teknologi ini memang berdampak nyata bagi gaya hidup, dunia lapangan kerja dan dunia perindustrian. Selama berjalannya sejarah, banyak lapangan kerja lama yang hilang dan muncul. Contoh-contoh seperti terbunuhnya dunia industri rekaman kaset pita, melambatnya industri percetakan, ritel dan taksi konvensional memang cukup membuat prihatin, namun bagi Nyoman itu merupakan siklus alami  yang harus dihadapi masyarakat dengan tangan terbuka masyarakat agar kita bisa cepat beradaptasi, berimprovisasi dan memanfaatkan meningkatnya prefesi dan lapangan kerja baru akibat disrupsi teknologi.

“Dalam sudut pandang Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM) perubahan zaman itu tidak bisa ditolak, mental kita harus optimis untuk terus bergerak dan berubah agar lebih baik untuk kemajuan bangsa ini, jadi ayo berubah karena zaman pun telah berubah,” tutur Nyoman.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *