Ada Proses Revolusi di Balik Prestasi

Ada Proses Revolusi di Balik PrestasiPerhelatan besar Asian Games 2018 di Jakarta dan Palembang telah memapaki tahap akhir. Sejauh ini, semuanya terlaksana dengan lancar sesuai jadwal, dan tidak banyak kendala di lapangan. Sebagai penyelenggara, Indonesia mendapatkan apresiasi dari kalangan atlet, para ofisial, berbagai organisasi olahraga internasional hingga masyarakat umum. ‘’Kita semua bersyukur, semua  berjalan dengan baik. Semuanya bekerja dan bergotong royong dengan baik untuk memastikan semua tugas mencapai hasil terbaik ,’’ ujar Nyoman Shuida, Deputi bidang Kordinasi Kebudayaan di Kementerian Kordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK).

Kemenko PMK memang terlibat secara aktif sejak dari tahap perencanaan, persiapan hingga penyelenggaraan Asian Games ke XVII ini. Apalagi, Menko PMK Puan Maharani juga menjadi Wakil Ketua Dewan Pengarah di Panitia Nasional Asian Games 2018 di Indonesia (INASGOC), selain secara formal membawahi urusan keolahragaan. Tak heran bila, dalam bulan-bulan terakhir, Menko Puan Maharani dan jajarannya sering terlihat mondar mandir mengecek persiapan tahap akhir Asian Gamnes di Jakarta maupun Palembang.

Menurut Nyoman Shuida, bangsa ini belajar banyak dari penyelenggaraan Asian Games 2018 ini. Event olah Raga teraktar seAsia dan terbesar kedua di dunia setelah Olimpiade itu adalah sebuah perhelatan dengan banyak pekerjaan teknis yang rumit.  Menurut Nyoman, semuanya memerlukan manajemen besar, cermat, dan efektif. ‘’Alhamdulillah, kita bisa melaksanakannya dengan sangat baik,’’ kata Nyoman pula.

Walhasil, apresiasi masyarakat mulai mengalir sejak prosesi torch relay. Kemudian upacara pembukaan Asian Games yang disambut gegap gempita. Kontingen tamu mengapresiasi mulai dari penyambutan, akomodasi di wisma atlet beserta kuliner yang disajikan, venue yang menyenangkan dan menstimulasi prestasi, hingga perjalanan ke gelanggang olah raga yang serba lancer. Tak heran bila mengacu pada Asian Games 2018 ini  Presiden Joko Widodo menawarkan diri Indonesia sebagai tuan ruam Olimpiade 2032.

‘’Pelajaran pentingnya, kalua kita semua kompak, bersatu dan bergotong royong, kita bisa menyelenggarakan Asian Games dengan baik, dan saya kira kita juga mampu menggelar Olimpiade 2032,’’ kata Nyoman pula. Pengalaman pada Asian Games 2018 ini, menurutnya pula, memberi keyakinan bahwa Bangsa Indonesia pantas dan mampu menjadi tuan rumah Olimpiade.

Bukan saja sukses penyelenggaraan, menurut Nyoman, dalam Asian Games 2018 ini Bangsa Indonesia juga mencatat sukses prestasi. Koleksi 31 medali emas adalah Raihan tertinggi Indonesia dalam sejarah arena Asian Games. Jumlah 31 medali itu hampir dua kali lipat dari yang ditargetkan. ‘’Ini special,’’ kata Nyoman.

Mengacu pada sukses penyelenggaraan dan proses prestasi itu, menurut Nyoman, bangsa Indonesia bisa melangkah lebih jauh. Daya saing di Asian Games 2018 ini bisa dilanjutkan ke bidang-bidang lainnya menuju bangsa yang lebih tangguh.

Mencermati sukses Asian Games ini, Nyoman Shuida mencatat ada tiga nilai  dasar yang menonjol : integritas (kejujuran pada diri sendiri dan orang lain), etos kerja dan gotong royong. Para atlet jujur akan kekuatannya diri dan kelemahannya dan bekerja keras untuk memperbaikinya. Para penyelenggaran jujur akan kekurangan segala sarana yang ada dan memperbaikinya. Semuanya bekerja secara gotong royong. ‘’Kita semua melakukan perubahan mental dalam Asian Games ini untuk meraih prestasi. Kita perlu berubah untuk mencapai yang lebih baik. Sadar atau tidak, kita telah melakukan revolusi mental untuk Asian Games, dan perubahan mental itu perlu menyebar lebih luas s dan permanen agar kita menjadi bangsa yang lebih berdaya saing,’’ ujar Nyoman, pejabat Kemenko PMK yang menangani Program Revolusi Mental itu.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *