Dukung Ahok Membabi Buta, Golkar Sudah Tak Miliki Kepekaan Elektoral

Dukung Ahok Membabi Buta, Golkar Sudah Tak Miliki Kepekaan ElektoralKetua DPP Partai Golkar Ahmad Doli Kurnia menilai dukungan partainya kepada Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok yang maju dalam pilkada 2017 sebagai sesuatu yang ganjil.

“Ini menjadi ganjil dalam kehidupan perilaku politik demokrasi yang sehat, yang menempatkan partai politik sebagai pemeran utama,” kata Doli dalam perbincangan dengan CNNIndonesia.com, Senin (20/6).

Inisiator Gerakan Muda Partai Golkar (GMPG) itu menyatakan Golkar sebagai partai yang punya jam terbang tinggi dan berpengalaman sebagai partai tertua, justru seperti kehilangan wibawa dan marwahnya ketika mendukung seorang calon kepala daerah yang tegas-tegas dari awal ingin mencalonkan diri melalui jalur independen.

“Dan dari pernyataan-pernyataannya (Ahok) selama ini terkesan mengecilkan keberadaan partai politik,” lanjut Doli.

Menurut Doli sikap yang diambil Golkar mendukung Ahok secara tiba-tiba dan “membabi buta” seperti sekarang ini semakin menguatkan bahwa Golkar sudah tidak lagi memiliki kepekaan elektoral.

“Di tengah maraknya penolakan terhadap Ahok dan bermunculannya dugaan kasus serta kontroversial Ahok di kalangan masyarakat Jakarta, justru Golkar memberikan pula dukungannya,” ujarnya.

Seharusnya, kata dia, dilakukan penyerapan aspirasi dari bawah, dilakukan kajian, pemetaan, baru diambil keputusan. Partai yang selama ini ikut mengusung Ahok saja dulu, seperti PDIP dan Gerindra, belum mengambil keputusan soal Ahok, bahkan cenderung tidak akan mendukung.

“Jadi jargon ‘suara Golkar suara Rakyat’ itu seperti tidak ada maknanya. Bahkan jadi muncul pertanyaan, dukung Ahok itu untuk kepentingan siapa? Untuk Golkar? Untuk pribadi-pribadi Golkar? Atau siapa?” tutur Doli.

Mantan Ketua Umum Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) itu juga menyoroti soal munculnya sejumlah pernyataan yang saling bertentangan di internal Golkar, yaitu ada yang mendukung dan ada yang belum atau tidak mendukung.

“Itu menunjukkan bahwa mekanisme organisasi di dalam tubuh partai masih juga belum dilaksanakan,” ucapnya.

Doli menuturkan pengambilan keputusan yang seharusnya dilakukan di dalam forum resmi dan yang diatur di dalam AD/ART adalah melalui rapat pengurus di semua tingkatan. “Kalaulah keputusan itu sudah diambil berdasarkan mekanisme yang benar, maka tidak seharusnya ada perbedaan pendapat antara Yorrys dan Aburizal Bakrie,” ujarnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *