Hari Perdamaian Internasional Momentum Jaga Persatuan Bangsa

Hari Perdamaian Internasional Momentum Jaga Persatuan BangsaDi tanggal 21 September, tiap tahunnya dunia internasional memperingati Hari Perdamaian Internasional (International Peace Day).  Peringatan tersebut sebagai bentuk dedikasi agar selalu menjaga perdamaian dunia dan juga pengingat akan bahaya kekerasan dan perang.

Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) berpesan bahwa Hari Perdamaian Internasional merupakan momentum tepat untuk menjaga budaya damai khususnya menjelang masa kampanye pemilihan legislatif dan pemilihan presiden 2019 pada tanggal 23 September 2018.

“Menjelang tahun politik 2019 ini, saya mengingatkan kepada masyarakat Indonesia untuk selalu menjaga iklim persatuan kita sebagai bangsa. Keberagaman bukan penghalang persatuan,” kata Deputi Bidang Koordinasi Kebudayaan, Nyoman Shuida di Kantornya di Jakarta, Jumat (21/09)

Pada tahun ini, menurut Nyoman, peringatan Hari Perdamaian Internasional merupakan pengingat bersama akan tujuan utama membangun kehidupan berbangsa dan bernegara, yaitu menciptakan kondisi damai, sejahtera dan tentram bagi rakyatnya.

Nyoman pun bercerita bahwa sebelum adanya konsep negara, manusia hidup dalam kondisi anarki (tidak ada aturan dan pemerintah) dan budaya yang dibangun pada saat itu adalah budaya yang subur dengan praktik kekerasan, “Prinsipnya saat itu karena tidak ada yang mengatur dan otoritas yang memerintah maka hubungan sosial sangat buruk,” jelasnya.

Dari cerita singkat tadi, Ia merasa bersyukur bahwa Indonesia terus eksis dalam bentuk negara kesatuan yang membingkai keberagaman, “Ini penting ditekankan, NKRI dan Pancasila itu final untuk bangsa ini, dan tugas kita semua untuk terus meningkatkan perilaku yang mendukung kehidupan demokrasi Pancasila yang menjadi fokus Gerakan Indonesia Bersatu (GIB)” jelas Nyoman.

Ia pun mewanti-wanti jangan sampai bangunan budaya damai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ini dirusak perlahan-lahan oleh bangsanya sendiri dengan praktik-praktik intoleran yang sarat akan kekerasan.

Untuk mencegah hal yang tidak diinginkan, Nyoman mengingatkan pentingnya tenggang rasa dan menahan diri untuk tidak berbuat menyakiti orang lain baik dalam bentuk fisik maupun verbal. “Mengamalkan Pancasila itu dimulai dari hal yang sederhana, yaitu biasakan bertenggang rasa dan selalu tahan diri untuk tidak menyakiti orang lain,” tuturnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *