Indonesia Bergotong Royong Bangun Rumah Korban Gempa di NTB

Indonesia Bergotong Royong Bangun Rumah Korban Gempa di NTBDalam upaya  mempercepat rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana gempa bumi di Nusa Tenggara Barat (NTB). Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Puan Maharani mengisyaratkan elemen bangsa akan bergotong royong bangun kembali rumah penduduk korban gempa di NTB.

“Percepatan pembangunan rumah penduduk  secara swakelola, saat ini dari PUPR akan membangun rumah RISHA/rumah tahan gempa dan secara bertahap akan dilakukan secara swadaya atau gotong royong antara TNI, mahasiswa, PUPR dan masyarakat,” kata Puan Maharani dalam konferensi pers setelah memimpin rapat yang berada di Lantai 7 Kantor Kemenko PMK Jakarta, Jumat (31/8)

Secara tersirat, Puan menjelaskan terdapat terapi psikologis dalam bergotong royong bagi masyarakat NTB supaya segera bangkit, tidak termenung dan membangkitkan kembali semangat kehidupan normal lewat kegiatan-kegiatan yang akan membuat masyarakat bergairah.

“Kita tidak mau melihat masyarakat NTB termenung, tidak melakukan apa-apa, sehingga tidak sehat jasmani dan rohani,” tambah Puan Maharani.

Terkait pembiayaan, Puan Maharani menyatakan pemerintah siap memberikan bantuan kepada rumah rusak berat sebesar 50 juta dan secara bertahap akan disalurkan dalam lima tahap karena perlu verifikasi dari Pemda NTB dan PUPR.

Keseriusan bergotong royong untuk membangun rumah warga memang nampak dalam langkah-langkah taktis beberapa pelaksana Inpres No 5 tahun 2018. Untuk TNI, menurut Kepala Staf Umum TNI Laksamana Madya TNI Didit Ashaf, sudah membentuk Komando Tugas Gabungan Terpadu (Kogasgabpad) yang mana akan membantu kementerian/lembaga  dan mengkoordinir kegiatan di lapangan hingga tingkat desa.

Di tempat yang sama, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono menyatakan swakelola secara gotong royong sebagai upaya strategis yang lebih cepat dari pada proyek yang dilakukan kontraktor. “Untuk rumah, sesuai target maksimum yaitu enam bulan, pengerjaan (rumah penduduk) tidak dikontrakkan tapi dikerjakan secara massal swakelola gotong royong masyarakat karena lebih cepat,” jelasnya

Ia pun tegas menyarankan pembangunan kembali rumah warga supaya tahan gempa. “Saya tegaskan karena yang membunuh bukan gempa tapi bangunan, jadi ini (rumah tahan gempa) harus teraplikasi,” tegasnya dalam ppernyataa setelah konferensi pers.

Perihal rumah penduduk, Menteri PUPR sebagai Person In Charge (PIC) menerapkan mitigasi bencana jangka panjang melalui program Rumah Instan Sederhana Sehat (RISHA). Lewat laman eproduklitbang.pu.go.id dijelaskan bahwa RISHA merupakan inovasi konstruksi knock down, yaitu tanpa bata dan semen namun dengan menggabungkan panel-panel beton dengan baut dan telah teruji tahan gempa hingga 8 skala richter (SR) dan 8 Modified Mercalli Intensity (MMI).

Untuk pendampingan, PUPR akan menjadikan 400 Insinyur muda CPNS dan 2000 mahasiswa sebagai unsur fasilitator dalam penerapan desain program rumah warga tahan gempa,. Sebelumnya, dalam sebuah keterangan pers dijelaskan Kementerian PUPR membutuhkan 2000 tenaga mahasiswa sebagai tenaga tambahan dalam rekonstruksi dan rehabilitasi di NTB.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *