HMA Ingin Memajukan Model Jabar Seperti Tahun 1980-an

HMA Ingin Memajukan Model Jabar Seperti Tahun 1980-anHimpunan Model Agensi (HMA) menggelar acara Grand Final Top Model Batik Jawa Barat pada hari Minggu (1/7/2018), di Krakatau Ballroom Hotel Horison, Jalan Pelajar Pejuang Bandung.Acara tersebut merupakan rangkaian acara Grand Launching HMA Jawa Barat, yang diikuti 700 Finalis dari 20 kota di Jawa Barat, dan diseleksi hingga terpilih 250 peserta, kemudian dicari pemenang utamanya.

Ketua Himpunan Model Agensi (HMA) Jawa Barat, Revi Lantika mengatakan, Grand Final Top Model Batik Jabar 2018 diselenggarakan untuk membangun batik di Jawa Barat agar bisa lebih dikenal lagi hingga ke mancanegara. Para model di ajang ini seluruhnya menggunakan batik dengan berbagai model.

“Grand Final Top Model Batik Jabar 2018 akhirnya dapat terselenggara dengan baik, saya berharap ajang ini menjadi agenda tahunan. Saat ini yang diperebutkan adalah Piala bergilir dari Disparbud Jawa Barat,” ujarnya.

“Ajang seperti harus tetap ada, karena ajang seperti ini baru muncul lagi sejak tahun 80-an,” ungkap Revi Lantika.

Lebih lanjut Revi Lantika yang merupakan Putri Parahyangan Jawa Barat tahun 1985 mengatakan, dirinya melihat para model selain dari kota Bandung seperti dari kota Tasikmalaya, Cirebon, Banten, menunjukkan kemajuan yang pesat.

“Obsesi saya adalah para model di Jawa Barat lebih maju dan lebih baik lagi seperti di tahun 80-an, karena saya lihat dunia Fashion sejak tahun 2000 khususnya yang ada di kota Bandung kurang mendapat dukungan baik dari Media dan pihak terkait lainnya,” tegas Revi Lantika.

“Saya sebagai senior di dunia model beserta teman-teman lainnya di ajang ini ingin memajukan para model generasi muda agar lebih maju seperti di tahun 80-an,” ungkap Revi Lantika.

Mengenai terobosan yang akan dilakukan HMA Jabar, Revi Lantika mengatakan, pihaknya ingin dunia model serta Agensi di Bandung dan Jawa Barat kembali seperti di tahun 80 hingga 90-an, dan berharap pemerintah men-support HMA.

“Kami juga berharap Disparbud Jawa Barat memberi bimbingan dan masukkan agar HMA bisa lebih berkolaborasi dalam hal kebudayaan, kata Revi Lantika.

Mengenai kendala yang dihadapi HMA Jabar, Revi Lantika mengungkapkan, untuk menyatukan Agensi se-Jawa Barat tidaklah mudah, karena setiap Agensi memiki standar masing-masing dan belum disupport pemerintah, “Saya selama 10 bulan mendekati 28 Agensi yang ada di Jawa Barat, dan akhirnya dapat terkumpul,” ungkapnya.

“Saya berharap Agensi yang punya misi dan visi tentang Kebudayaan di Jawa Barat mau bergabung ke dalam HMA Jabar,” kata Revi Lantika.

“Himpunan Model Agensi saya dirikan dengan harapan para model dan Agensi yang ada di Jawa Barat bersatu, memajukan Jawa Barat di bidang kebudayaan, model, dan Fashion, serta memiliki standarisasi,” pungkas Revi Lantika.

Senada dengan Levi Dewan Juri Grand Final Top Model Batik Jabar 2018 yang juga model senior Sandy Harun mengatakan, mudah mudahan di tahun 2018 terdapat model asal Bandung maupun Jawa Barat yang go internasional.

“Saya melihat model dari Bandung dan Jawa Barat kreatif dari segi busana, dan saya takjub melihat bagaimana batik dapat dimodifikasi sedemikian rupa oleh para model,” ungkap Sandy Harun.

“Hanya ajang seperti ini di Bandung dan Jawa Barat masih kurang, dan saya berharap ajang seperti ini sering diadakan,” ujar Sandy Harun.

Lebih lanjut Sandy Harun mengungkapkan, apabila dunia fashion di Jawa Barat turun, maka seluruh daerah akan melihat. “Saya lihat model yang berlomba di ajang ini tinggi badannya luar biasa, bahkan ada model dari Kuningan yang tingginya sekitar 178 hingga 180 Cm, mengalahkan tinggi badan model di tahun 80-an, sehingga kami sebagai Dewan Juri bingung menentukan juaranya,” ujarnya.

“Seperti kita ketahui, kiblat dunia model selalu Jakarta, namun saat ini Bandung dan Jawa Barat tidak kalah dari Jakarta dan hebat-hebat,” ungkap Sandy Harun.

“Tapi ada beberapa model dari Bandung dan Jawa Barat yang tidak terdeteksi karena entah bersembunyi dimana, tetapi bila pemerintah turun tangan mungkin para model yang bersembunyi akan keluar,” ungkap Sandy Harun.

Sandy Harun mengungkapkan, dirinya belum melihat di ajang ini muncul model yang menggunakan batik asal Jawa Barat, “Saya masih banyak melihat batik nasional, jadi saya harap ke depannya ada ajang khusus untuk batik asal Jawa Barat,” ujarnya.

Di akhir paparannya Sandy Harun berharap semua Agensi di Jawa Barat bersatu, “Saya juga berharap pemerintah mensupport ajang seperti ini agar potensi generasi muda di bidang Fashion bermunculan,” pungkasnya.

Sistem penilaian untuk Top Model di ajang Grand Final Top Model Batik Jabar 2018 adalah dilihat dari cara berjalan di Catwalk luwes atau tidak, selanjutnya apakah model mampu menguasai panggung, kemudian bagaimana make up dan busana di atas panggung.

Grand Final Top Model Batik Jawa Barat yang merupakan rangkaian acara Grand Launching Himpunan Model Agensi (HMA) Jawa Barat di Hotel Horison Bandung berlangsung sejak pagi hari, dan puncaknya berlangsung malam hari.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *