Tak Lagi Kritis, Manajemen Intervensi Serikat Karyawan Telkom?

Tak Lagi Kritis, Manajemen Intervensi Serikat Karyawan Telkom?Pengamat kebijakan publik Wahyu Firmansyah menilai wacana penggantian Direktur Utama PT Telkom menjelang Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) merupakan reaksi pasar atas kinerja korporasi yang tengah merosot performanya.

Menurut Wahyu, kinerja Perusahaan dan harga saham yang ‘downtrend’ telah memukul investor yang mulai pesimis melihat kinerja Dirut Telkom.

“Harga saham Telkom yang terus turun menunjukkan sentimen negatif pasar atas kinerja manajemen”, tegas Wahyu di Jakarta, Jumat (13/04/2018).

Redaksi mencoba menelusuri kondisi mutakhir dan dinamika ditubuh Telkom dengan bertanya kepada seorang karyawan Telkom Indonesia yang bertugas di Tangerang. Karyawan yang tak ingin namanya disebut menyatakan, saat ini SEKAR Telkom sudah ‘diamankan’ dalam tanda kutip, sebutnya.

Ketika di tanya apakah ada tokoh dibalik ‘adem’ nya SEKAR Telkom itu. Sang karyawan menyebut nama Corporate Secretary yang menjadi ‘kaki tangan’ manajemen yang mengendalikan SEKAR.

“Pejabat inilah yang menjadi pesuruh diamnya SEKAR, bahkan pengurus SEKAR banyak yang punya ‘kursi empuk’ atas rekennya,” sambung sang Karyawan.

Wahyu Firmansyah menilai SEKAR Telkom memang condong diam atas kondisi perusahaan saat ini akibat ‘di nina bobo’ seperti ungkapan seorang pensiunan Telkom beberapa waktu lalu disebuah media online.

Tak beda dengan yang disampaikan Wahyu, karyawan Telkom ini mengatakan, sejauh ini mulai berpikir tentang perlu adanya wadah lain pegawai Telkom yang konsisten mempertahakan sikap kritisnya.

“Kalau kita lihat sebelumnya, SEKAR sebelum 2014 sangat kritis, bahkan menjadi corong aspirasi karyawan,” sebut sang karyawan dengan nada berat.

“Ya itu tadi, ketika ada intervensi Manajemen melalui tangan Si Anu, semua manut. Belum lama ini saja rombongan SEKAR pelesiran ke luar negeri mas. Ini sepertinya dalam rangka pengamanan lagi” Kata karyawan dengan wajah murung.

Menurut dia, yang di pikirkan dalam kondisi sekarang, dulu ada Serikat Pekerja (SP) sekira tahun 2007 silam, namun dibuat mati oleh manajemen.”

“Mungkin SP perlu dihidupkan lagi sebagai wadah memperjuangkan hak-hak karyawan, dan menjaga independensi organisasi karyawan”, tutup sang karyawan dengan wajah berapi-api.****

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *