Dubes Lyudmila: Krisis Global Jadi Kesempatan Indonesia dan Rusia Perkuat Kerjasama

Dubes Lyudmila: Krisis Global Jadi Kesempatan Indonesia dan Rusia Perkuat Kerjasama

Krisis global saat ini memberikan kesempatan untuk Indonesia dan Rusia untuk membangun sistim bisnis, industri, tehnologi dan energi baru yang dapat meningkatkan keuntungan bersama kedua negara.

Hal ini disampaikan oleh Duta Besar Federasi Rusia, Lyudmila Vorobieva dalam Seminar Ekonomi Dunia Pasca Konflik Rusia–Ukraina Menuju Multipolarisme”, di Bandung, Selasa.(24/1) yang diselenggarakan oleh Komite Persahabatan Rakyat Indonesia-Rusia.

“Banyak pebisnis Rusia ingin bisa bekerjasama masuk ke Indonesia. Bagi kami Indonesia ada kunci kerjasama di Asia Tenggara sejak masa presiden Soekarno,” ujarnya.




Saat ini menurutnya, Rusia berada di tengah sanksi barat yang sangat tidak adil namun tidak efektif.

“Kami bisa membuktikan justru berbagai sanksi ekonomi menjadikan negara kami kuat. Kami ingin berbagi pengalaman untuk membangun sebuah sistim baru yang lebih adil,” tegasnya.

Perang di Ukraina menurut Lyudmila adalah peramg barat untuk menghancurkan Rusia dengan lokasi di Ukraina.

“Konflik ini bukan tentang Ukraina. Saya lahir di Kyiev, Ukraina. Kami semua bersaudara antara Rusia dan Ukraina. Namun Ukraina menjadi alat politik mengganggu Rusia,”




Hal ini menurutnya karena meraka tidak setuju dengan pemerintah Rusia selama puluhan tahun. Semua negara menjadi kolonial barat.

“Indonesia paling tahu soal ini. Kami tidak setuju kolonialisme barat. tidak ada negara yang mau menjadi bagiam dari kolonialisme,” ujarnya.

Sekretaris Komite Persahabatan Rakyat Rusia-Indonesia, Muhammad Zulfan, dalam sambutannya menegaskan dunia Multipolar tidak bisa ditolak, karena dunia sudah bergerak ke arah itu.

“Dan gerakan ini bertujuan untuk membangun tata dunia yang lebih adil,” ujarnya.



Krisis Global Makin Menjadi

Pasca uni soviet.menurutnya, dunia malah lebih berdarah darah, perang makin sering terjadi, iraq, afaganistan, libia, syria, yaman dan program drone di selurh dunia.

Ini yang terjadi ketika dunia jadi unipolar, imperium Amerika berkuasa penuh akan dunia, siapa saja yang tidak ikut dengan kepentingan mereka akan musnah,” ujarnya.

Belum lagi menurutnya aneka sanksi ekonomi terhadap negara-negara yang dianggap musuh, ribuan orang Iran, Venezuela, Cuba dan negara lain jadi korban akan siege warfare seperti ini.

“Belum lagi color revolusion, kudeta yang terhadap semua rezim yang membangkang tuan nun jauh di puncak kekuasaan,” ujarnya.




Akhirnya dunia bergerak menolak hegemoni ini, Rusia memulai di Syria bersama Iran. Kemudian tensi di Ukraina makin memanas, imperium ingin menghukum rusia, mencoba mengisolasi dan memecah Rusia dari dalam.

“Tapi kali ini seluruh dunia melawan bersama, tidak semua negara mau ikut dalam kerangka barat, malah barat mengisolasi diri sendiri,” ujarnya.

Perubahan ini.menurutnya adalah awal menuju dunia yang lebih adil, tidak bisa lagi hegemon memaksa yang lain untuk ikut mereka. (*)

Ini Penyebab Netizen Indonesia Cenderung Dukung Rusia

Fullmetal Alchemist: The Revenge of Scar



Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *