Rusia Blak-blakan Kerja Sama Militer dengan Turki, Drone Diincar

Rusia Blak-blakan Kerja Sama Militer dengan Turki, Drone Diincar

Kerja sama teknis-militer akan menjadi agenda ketika Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, bertemu di Sochi, Rusia. Pernyataan ini adalah tanggapan juru bicara Kremlin Dmitry Peskov pada Rabu (27/7/2022), ketika ditanya tentang pengungkapan Erdogan bahwa Moskow mengincar drone tempur Bayraktar buatan Turki.

Saat ini drone itu dipasok ke Ukraina untuk melawan militer Rusia. Kerja sama di bidang drone ini, jika terwujud, dapat mengubah peta pertempuran di Ukraina. Baca juga: Bukan Gertak Sambal, Mantan Presiden Rusia Pamer Peta Masa Depan Ukraina Beberapa outlet Turki melaporkan pada Selasa bahwa Erdogan telah memberi tahu kepemimpinan partainya tentang minat Putin dalam industri drone militer Turki.




Pemimpin Rusia dilaporkan mengangkat topik kerja sama dengan Baykar Makina, pembuat Bayraktar, pada pertemuan 19 Juli di Teheran. Ditanya tentang hal itu, Peskov tidak menjelaskan secara spesifik. “Kerja sama teknis-militer antara kedua negara terus menjadi agenda,” ungkap juru bicara Kremlin kepada wartawan.

Dia menambahkan, “Fakta bahwa interaksi kami berkembang di area sensitif seperti itu menunjukkan bahwa, secara umum, seluruh rentang hubungan kami berada pada tingkat yang sangat tinggi.” Erdogan dijadwalkan bertemu Putin di Sochi pada 5 Agustus.

Sementara implementasi perjanjian 22 Juli untuk ekspor biji-bijian melalui Laut Hitam diperkirakan akan mendominasi agenda, sekarang tampaknya topik drone juga akan muncul. Laporan ketertarikan Rusia pada drone Turki telah menyebabkan kehebohan, karena Baykar telah memasok Bayraktar terutama ke Ukraina. Kiev telah membeli selusin drone serang TB2 sebelum Februari, dan telah menerima pengiriman 50 unit lagi sejak itu, menurut Kementerian Pertahanan Ukraina.




Ankara telah menggembar-gemborkan drone Baykar sejak 2020, ketika mereka dikatakan telah membantu Azerbaijan menang dalam perang Nagorno-Karabakh 2020. Pasukan Turki telah menempatkan drone itu di Suriah dan Libya juga.

Reputasi mereka sebagai “senjata ajaib” agak menurun di Ukraina, di mana mereka bernasib buruk melawan pertahanan udara Rusia yang handal. Kiev sekarang dilaporkan hanya menyimpannya untuk “misi khusus” karena risiko hancur ditembak jatuh militer Rusia. CEO Baykar Haluk Bayraktar juga pernah mengatakan perusahaannya “tidak akan pernah” menjual drone ke Rusia.

“Ada hubungan strategis antara Turki dan Ukraina, terutama di bidang penerbangan dan luar angkasa,” papar dia kepada CNN, pekan lalu. Dia menjelaskan, “Turki mendukung Ukraina dengan teknologi drone bersenjata. Kami tidak mengirimkan atau memasok apa pun ke Rusia.” Meskipun Rusia memiliki program drone sendiri, AS menuduh Moskow ingin membeli “ratusan” drone serang dari Iran. Teheran telah membantah klaim tersebut.



Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *