Ini Penyebab Netizen Indonesia Cenderung Dukung Rusia

Ini Penyebab Netizen Indonesia Cenderung Dukung Rusia

Pemerintah dan masyarakat Indonesia secara historis mendukung para korban agresi dan konflik, baik di Palestina, Myanmar, maupun Irak. Namun publik Indonesia, terutama online terus bersimpati dengan posisi Rusia.

Utas Twitter Pro-Rusia sangat populer di kalangan Indonesia. Beberapa akademisi Indonesia juga terang-terangan mendukung posisi Rusia. Dukungan ini berkisar dari kritik kecaman pemerintah Indonesia terhadap Rusia, hingga bahkan mereproduksi narasi Rusia dalam pidato dan artikel.




Mengapa Ini Terjadi?

Ada beberapa alasan publik cenderung mendukung Rusia dalam kasus ini. Yang pertama adalah sikap anti-Amerika Serikat dan anti Barat yang kuat di masyarakat. Anti-Amerika ini sebelumnya telah diamati dalam sikap Indonesia terhadap “perang AS melawan teror”, yang dengan sendirinya merupakan pendorong utama sentimen Anti-Amerika.

Jalur dominan dalam diskusi Indonesia tentang perang Rusia di Ukraina berfokus pada Amerika dan kemunafikan Barat. Banyak yang membandingkan keengganan Barat mendukung Palestina dan dengan cepatnya aliran dukungan ke Ukraina.

Sekilas opini publik Indonesia ini menunjukan konsekuensi dari kesalahan langkah AS dan Barat di masa lalu. Terutama pelanggaran hukum Internasional dalam pengeboman 1999 Serbia. Invansi yang menghancurkan Irak tahun 2003 dan operasi penggulingan rezim di libya pada 2011.

Semua kasus ini telah membantu melemahkan norma kedaulatan negara, dan dalam beberapa hal memberi Putin alasan yang dia butuhkan untuk melanggar norma ini.

Oleh karena itu, masalahnya lebih pada kejengkelan terhadap Barat daripada dekungan sepenuh hati untuk tindakan Rusia.

Ini mirip dengan sikap warga China, dimana Rusia dipandang sebagai kekutan revisionis yang berjuang melawan barat yang munafik.




Faktor penting lainya yang mempengaruhi tanggapan Indonesia terhadap konflik, adalah prefrensi publik untuk pemimpin yang “kuat”.

Publik Indonesia sangat responsi terhadap retorika tentang kepemimpinan nasionalis dan populis. Presiden Rusia, Vladimir Putin telah lama digambarkan sebagai pemimpin yang hipermaskulin, kuat, dan tegas.

Putin sudah populer di Indonesia sebelum serangan ke Ukraina. Sehingga banyak orang Indoensia yang cenderung menerima narasinya tentang konflik tanpa bertanya.

Memang, di media Indonesia dan di kalangan publik Putin telah digambarkan sebagai seorang yang cerdas dan mantan agen rahasia yang berpengalaman.

Sementara Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky telah direduksi menjadi sosok konyol, mengingat masa lalunya sebagai komedian.




Faktor ketiga yang dapat membantu menjelaskan pro Rusia di kalangan masyarakat indoensia adalah agama.

Ini mungkin tampak berlawanan dengan intuisi, mengingat masa lalu komunis Rusia dan persepsi dominan di Indoensia bahwa komunisme adalah anti-Islam. Invasi Soviet ke Afghanistan pada 1970-an dan perang Chencnya pada 1990-an, hanya memperkuat pandangan ini. dan baru-baru ini pada tahun 2015 serangan militer Rusia ke Suriah, memicu demontrasi besar-besarab di Indonesia.

Beberapa tahun terakhir, bagaimanapun, telah ada upaya untuk mengambarkan Rusia sebagai teman dan sekutu Islam. Rusia digambarkan sesuai dengan orang-orang “Rum” yang dijelaskan dalam Al-Qur’an. Pengikut Kristen tetapi bersekutu dengan Islam di akhir zaman. Narasi ini semakin umum di komunitas Islam di Indonesia yang mengarah pada pertanyaan tentang potensi konflik Rusia-Uraina untuk memulai Perang Dunia III, atau akhir zaman. Uraa



Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *