Kisah Nabi Hud AS: Nabi Keturunan Arab dan Binasanya Kaum A’ad

Kisah Nabi Hud AS: Nabi Keturunan Arab dan Binasanya Kaum A’ad

Nabi Hud AS merupakan salah satu nabi yang berasal dari Arab. Ia diutus Allah SWT untuk menyerukan tauhid kepada kaum ‘Aad.
Ibnu Katsir dalam bukunya Kisah Para Nabi menyebut bahwa Hud adalah nabi keturunan Arab. Dalam kitab Shahih Ibnu Hibban diriwayatkan, dari Abu Dzar, ketika menceritakan tentang para Nabi dan Rasul dalam sebuah hadits disebutkan, “Di antara mereka ada empat orang Nabi yang berasal dari keturunan Arab, yaitu Hud, Saleh, Syu’aib, dan Nabimu wahai Abu Dzar.”




Kisah Kaum ‘Aad yang Mendustakan Nabi Hud AS

Lebih lanjut Ibnu Katsir menjelaskan bahwa kaum ‘Aad generasi pertama merupakan kaum yang pertama kali menyembah berhala setelah bencana banjir yang turun pada zaman nabi Nuh AS.

Setelah kekafiran kaum ‘Aad semakin menjadi-jadi, Allah SWT mengutus seorang dari kalangan mereka sendiri untuk menjadi Rasul Allah SWT untuk mengajaknya kembali ke jalan yang benar.

Dijelaskan dalam Al Quran pada surat Al-A’raf ayat 65 bahwa Allah SWT telah mengutus nabi Hud AS kepada kaum setelah Bani Rasid.

Allah SWT berfirman dalam Q.S Al-A’raf ayat 65 sebagai berikut,

۞ وَإِلَىٰ عَادٍ أَخَاهُمْ هُودًا ۗ قَالَ يَٰقَوْمِ ٱعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ مَا لَكُم مِّنْ إِلَٰهٍ غَيْرُهُۥٓ ۚ أَفَلَا تَتَّقُونَ

Arab-latin: wa ilā ‘ādin akhāhum hụdā, qāla yā qaumi’budullāha mā lakum min ilāhin gairuh, a fa lā tattaqụn

Artinya:” Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum ‘Aad saudara mereka, Hud. Ia berkata: “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain dari-Nya. Maka mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya?”

Nabi Hud AS mengajak kaum ‘Aad untuk menyembah Allah dan taat kepada setiap perintah-Nya. Ia juga menjanjikan kebaikan-kebaikan yang akan diperoleh baik di dunia maupun di akhirat apabila mereka mengikutinya.

Namun, kaum ‘Aad bukan malah kembali ke jalan Allah SWT melainkan mendustakan nabi Hud AS. Para pemuka kaum ‘Aad pun menganggap nabi Hud AS sebagai orang yang berdusta. Mereka bahkan mengatakan Hud telah kekurangan akal atau gila.

“Pemuka-pemuka yang kafir dari kaumnya berkata: “Sesungguhnya kami benar benar memandang kamu dalam keadaan kurang akal dan sesungguhnya kami menganggap kamu termasuk orang orang yang berdusta”. (Q.S Al-A’raf: 66)

“Hud berkata “Hai kaumku, tidak ada padaku kekurangan akal sedikitpun, tetapi aku ini adalah utusan dari Tuhan semesta alam.” (Q.S Al-A’raf: 67)

“Aku menyampaikan amanat-amanat Tuhanku kepadamu dan aku hanyalah pemberi nasehat yang terpercaya bagimu”. (Q.S Al-A’raf: 68)




Turunnya Azab Allah SWT dan Binasalah Kaum ‘Aad

Kaum ‘Aad terkenal dengan keangkuhan dan kesombongannya. Telah diperingatkan oleh Allah SWT melalui nabi Hud AS sebagaimana yang tertulis dalam firmanNya, namun kaum ‘Aad tetap saja mengabaikan peringatan itu.

Dengan sombongnya kaum ‘Aad menantang nabi Hud AS untuk bisa menunjukkan kekuatan Allah SWT. Maka, Allah SWT mengirimkan azab berupa badai besar yang menghempas dan membinasakan kaum ‘Aad.

Sebagaimana dalam firman-Nya pada Q.S Fussilat ayat 15-16 sebagai berikut,

فَأَمَّا عَادٌ فَٱسْتَكْبَرُوا۟ فِى ٱلْأَرْضِ بِغَيْرِ ٱلْحَقِّ وَقَالُوا۟ مَنْ أَشَدُّ مِنَّا قُوَّةً ۖ أَوَلَمْ يَرَوْا۟ أَنَّ ٱللَّهَ ٱلَّذِى خَلَقَهُمْ هُوَ أَشَدُّ مِنْهُمْ قُوَّةً ۖ وَكَانُوا۟ بِـَٔايَٰتِنَا يَجْحَدُونَ

Arab-latin: fa ammā ‘ādun fastakbarụ fil-arḍi bigairil-ḥaqqi wa qālụ man asyaddu minnā quwwah, a wa lam yarau annallāhallażī khalaqahum huwa asyaddu min-hum quwwah, wa kānụ bi`āyātinā yaj-ḥadụn

Artinya:” Adapun kaum ‘Aad maka mereka menyombongkan diri di muka bumi tanpa alasan yang benar dan berkata: “Siapakah yang lebih besar kekuatannya dari kami?” Dan apakah mereka itu tidak memperhatikan bahwa Allah Yang menciptakan mereka adalah lebih besar kekuatan-Nya daripada mereka? Dan adalah mereka mengingkari tanda-tanda (kekuatan) Kami.” (Q.S Fussilat: 15)




فَأَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ رِيحًا صَرْصَرًا فِىٓ أَيَّامٍ نَّحِسَاتٍ لِّنُذِيقَهُمْ عَذَابَ ٱلْخِزْىِ فِى ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا ۖ وَلَعَذَابُ ٱلْءَاخِرَةِ أَخْزَىٰ ۖ وَهُمْ لَا يُنصَرُونَ

Arab-latin: fa arsalnā ‘alaihim rīḥan ṣarṣaran fī ayyāmin naḥisātil linużīqahum ‘ażābal-khizyi fil-ḥayātid-dun-yā, wa la’ażābul-ākhirati akhzā wa hum lā yunṣarụn

Artinya:” Maka Kami meniupkan angin yang amat gemuruh kepada mereka dalam beberapa hari yang sial, karena Kami hendak merasakan kepada mereka itu siksaan yang menghinakan dalam kehidupan dunia. Dan Sesungguhnya siksa akhirat lebih menghinakan sedang mereka tidak diberi pertolongan.” (Q.S Fussilat: 16)

Allah SWT juga berfirman dalam Q.S Al-Haaqqah ayat 6-8 yang artinya,

“Adapun kaum ‘Aad maka mereka telah dibinasakan dengan angin yang sangat dingin lagi amat kencang, yang Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam dan delapan hari terus menerus; maka kamu lihat kaum ‘Aad pada waktu itu mati bergelimpangan seakan-akan mereka tunggul pohon kurma yang telah kosong (lapuk). Maka kamu tidak melihat seorangpun yang tinggal di antara mereka” (Q.S Al-Haqqah: 6-8).

Sikap kaum ‘Aad yang mendustakan rasul Allah SWT dan berpaling dari rahmat-Nya merupakan bukti keingkaran yang nyata.

Hikmah yang dapat kita petik dari kisah kaum ‘Aad adalah sudah semestinya kita tunduk pada Keesaan Allah SWT dan tidak menghindar dari jalan kebaikan dan kebenaran.


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *