Mengenang Kegemilangan Islam di Andalusia

Mengenang Kegemilangan Islam di Andalusia

Jejak awal mula penyebaran Islam ke Eropa bisa ditelusuri di Andalusia (Spanyol) di masa pemerintahan Dinasti atau Kekhalifahan Umayyah.
Diperkirakan Islam berkembang di sana pada 711 Masehi melalui Afrika Utara.

Islam bertahan di Spanyol hampir 8 abad, ditandai dengan kemajuan pesat hampir di semua aspek seperti sosial, ekonomi, arsitektur, agama, sastra dan ilmu pengetahuan.

Dalam buku Islam in Andalus karya Ahmad Thomson dan Muhammad Ata’ur Rahim, masa pemerintahan Dinasti Umayyah di Andalusia disebut menjadi salah satu tonggak pondasi keilmuan yang pengaruhnya masih dirasakan sampai hari ini. Andalusia juga menjadi pusat pendidikan yang menerima para pelajar dan calon sarjana dari berbagai wilayah untuk menimba ilmu.




Saat itu sebagian besar bangsa Eropa masih berkutat dengan pemberontakan dan perdebatan apakah Bumi atau Matahari yang menjadi pusat tata surya. Sedangkan di saat yang bersamaan, ilmuwan Muslim di Andalusia asyik mengembangkan ilmu filsafat hingga astronomi.

Dalam hal pendidikan, masyarakat Andalusia ketika menganut sistem terintegrasi. Yakni mengajarkan ilmu pengetahuan dan agama.

Lokasi belajar saat itu bisa di mana saja. Antara lain di rumah, masjid, istana khalifah, hingga kedai pinggir jalan.

Sejumlah nama ilmuwan Muslim masih dihormati dan disanjung oleh bangsa Eropa. Salah satunya Ibnu Rushd, atau Averroes menurut ejaan lidah Barat.




Ibnu Rushd mendirikan sekolah filsafat di Andalusia. Dia dianggap sebagai bapak aliran filsafat sekuler di Eropa karena mengembangkan konsep ‘eksistensi mendahului esensi’.

Ilmu perbintangan atau Astronomi juga berkembang pesat di masa itu.

Sosok astronom yang mengemuka saat itu adalah Abu Ali Muhammad al-Hasan bin al-Haitsam (Ibnu Haitham atau Alhazen), Abu Ishaq Ibrahim Ibnu Yahya Al-Zarqali (Al-Zarqali atau Arzachel) dan Nur ad-Din al-Bitruji alias Alpetragius. Ada pula Abu Bakar Muhammad bin Yahya bin ash-Shayigh at-Tujibi bin Bajjah (Ibnu Bajjah atau Avempace) yang meneliti dan mencetuskan teori terbentuknya Galaksi Bima Sakti (Milky Way).

Pakar biologi Ahmad bin Muhammad bin Mufarraj bin Ani al-Khalil (Abu al-Abbas al-Nabati) mulai mengembangkan metode ilmiah untuk ilmu botani. Sang murid, Abu Muhammad Abdullah bin Ahmad Ad-Din bin Al-Baithar Al-Malaki (Ibnu al-Baitar), kemudian mengembangkannya dengan menulis kitab atau buku al-Jami fi al- Adwiya al-Mufrada. Buku itu diyakini sebagai salah satu kumpulan botani terbesar dalam sejarah, yakni memuat 1.400 jenis tanaman berbeda.




Di era kejayaan Dinasti Umayyah, ilmu kedokteran juga turut berkembang sangat pesat. Salah satu dokter yang namanya terkenal saat itu adalah Abu al-Qasim Khalaf ibn al-‘Abbas al-Zahrawi al-Ansari alias Abulcasis. Dia menulis metode dan tahap-tahap bedah melalui buku kitab Al-Tasrif.

Untuk mempermudah pekerjaannya dalam melakukan operasi, Abulcasis lantas membuat dan mengembangkan alat bedah secara mandiri.

Saat itu juga terdapat seorang dokter spesialis saraf yang masyhur, Abu Marwan Abd al-Malik Ibnu Zuhr alias Avenzoar.




Penjelajahan dunia lewat laut juga dilakukan oleh bangsa Umayyah. Untuk mempermudah mereka dalam kegiatannya, maka para ilmuwan geografi turut andil dalam memberikan pondasi keilmuan mereka.

Geografer yang masyhur saat itu adalah Abu Abdullah Muhammad al-Idrisi al-Qurtubi al-Hasani al-Sabti atau dikenal sebagai Al-Idrisi. Dia mahir membuat peta dan globe (Bola Dunia) untuk panduan bagi para pelaut.

Para geografer dan penjelajah dari Andalusia juga mengembangkan teknologi navigasi, seperti baculus, dan diyakini ikut menemukan benua lain sebelum penjelajahan bangsa Eropa.


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *