Beberapa Penyebab Kecelakaan Pesawat

Beberapa Penyebab Kecelakaan Pesawat

Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 dilaporkan jatuh di perairan Kepulauan Seribu, Jakarta, Sabtu (9/1). Peristiwa nahas itu terjadi setelah beberapa menit pesawat lepas landas dari Bandara Soekarno-Hatta.

Tim SAR dibantu sejumlah pihak masih melakukan pencarian korban dan kotak hitam pesawat itu. Mereka belum dapat memastikan penyebab jatuhnya pesawat yang diketahui sudah berusia lebih dari 26 tahun tersebut.

Melansir Business Insider, Asosiasi Transportasi Udara Internasional mencatat 340 kecelakaan terjadi antara 2013 hingga 2017. Sebanyak 68 persen kecelakaan mengakibatkan kerusakan besar dan 13 persen berakibat fatal.


Konsultan keselamatan penerbangan Keith Mackey mengatakan kecelakaan pesawat jarang disebabkan satu faktor. Sebaliknya, kecelakaan biasanya disebabkan puncak serangkaian faktor yang berkontribusi.

Menurut Laporan Keselamatan IATA 2017, faktor penyebab paling umum pesawat mengalami kecelakaan adalah kesalahan awak pesawat.

Mackey mencontohkan penyebab jatuhnya Air France Flight 447 di Samudera Atlantik, pada 1 Juni 2009. Penyelidik Prancis tidak mencantumkan satu penyebab dalam laporan kecelakaannya, tetapi serangkaian penyebab yang meningkatkan peluang kecelakaan.

Pertama, kristal es menghalangi tabung pitot pesawat yang mengakibatkan hilangnya pembacaan kecepatan udara diikuti reaksi awak yang salah terhadap kerusakan, situasi yang buruk, manajemen, dan pelatihan yang tidak memadai.

“Seandainya sistem instrumen tidak mengalami masalah, fakta bahwa pilot tidak dapat menangani masalah tersebut tidak akan pernah terjadi dan pesawat akan mendarat secara normal di Paris,” ujar Mackey.


Mark Millam, wakil presiden teknis di Flight Safety Foundation, mengatakan, sistem keselamatan penerbangan seperti lapisan keju swiss yang diisi dengan lubang. Masalah yang berhasil melewati satu lapisan pertahanan biasanya terputus oleh lapisan berikutnya.

Namun, terkadang lubang tersebut berbaris dan saat itulah sistem gagal dan kecelakaan terjadi.

Melansir data planecrashinfo dalam The Conversation, proporsi kecelakaan yang disebabkan kesalahan pilot telah mencapai 50 persen.

Karena pilot secara aktif terlibat dengan pesawat di setiap tahap penerbangan, ada banyak peluang terjadinya kesalahan, mulai dari gagal memprogram komputer manajemen penerbangan (FMC) vital dengan benar hingga salah menghitung peningkatan bahan bakar yang diperlukan.

Meski demikian, penting untuk diingat bahwa pilot adalah garis pertahanan terakhir ketika terjadi kesalahan yang sangat parah. Misalnya, seorang pilot berhasil menyelamatkan 150 nyawa penumpang setelah mengambil alih kontrol penerbangan otomatis dari sebuah pesawat yang akan jatuh.




Faktor penyebab kecelakaan lain adalah kegagalan mekanis yang mencapai 20 persen. Meskipun mesin saat ini jauh lebih andal daripada setengah abad yang lalu, mesin terkadang masih mengalami kegagalan yang sangat besar.

Kemudian, cuaca buruk menyebabkan sekitar 10 persen kecelakaan pesawat. Terlepas dari banyaknya alat bantu elektronik seperti kompas giroskopik, navigasi satelit, dan uplink data cuaca, pesawat masih kerap berhadapan dengan badai, salju, dan kabut.

Salah satu insiden cuaca buruk yang paling terkenal terjadi pada Februari 1958 ketika sebuah pesawat penumpang bermesin ganda British European Airways jatuh saat mencoba lepas landas dari Bandara Munich-Riem.

Sedangkan sabotase menyumbang 10 persen insiden kecelakaan pesawat. Pada September 1970 misalnya, tiga pesawat di bandara Yordania dibajak dan diledakkan.

Lebih dari itu, faktor lain yang menyebabkan kecelakaan adalah kesalahan pengontrol lalu lintas udara, dispatcher, loader, bahan bakar atau teknisi pemeliharaan. Terkadang diharuskan bekerja dalam shift yang lama, teknisi pemeliharaan dapat membuat kesalahan yang berpotensi menimbulkan bencana.


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *