PSBB Berakhir, Kota Bandung Terapkan Adaptasi Kebiasaan Baru

PSBB Berakhir, Kota Bandung Terapkan Adaptasi Kebiasaan Baru

Pemerintah Kota Bandung memutuskan akan menerapkan Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) usai Pemerintah Provinsi Jawa Barat tidak memperpanjang status Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) proporsional yang berakhir pada hari ini, Jumat (26/6).

“Dengan mengucapkan Bismillahirrahmanirrahim, kita akan bergeser dari PSBB proporsional menjadi fase Adaptasi Kebiasaan Baru,” kata Oded di Bandung.

Oded menuturkan ada sejumlah catatan menggembirakan selama PSBB proporsional tahap kedua yang sudah berjalan dua pekan.

“Kita memperoleh hasil yang cukup menggembirakan. Hal ini patut kita syukuri, namun tetap waspada dan jangan lengah,” ucapnya.

Berdasarkan laporan yang ia terima, kasus positif Covid-19 di Kota Bandung saat ini menurun dari 5,6 orang per hari menjadi 2,2 orang per hari. Angka reproduksi (Rt) juga berada di 0,53 berdasarkan hasil perhitungan Dinas Kesehatan Provinsi Jabar.

Ia menyampaikan ruang isolasi di rumah sakit masih sangat memadai. Dari total 487 tempat tidur yang tersedia di ruang isolasi rumah sakit dan fasilitas layanan kesehatan lainnya, saat ini hanya terisi 118 tempat tidur atau 24,23 persen.

Angka tersebut menurun dari periode sebelumnya sebesar 32 persen, hal ini menunjukkan perbaikan tingkat kesembuhan.

“Angka kesembuhan kita sebesar 62,98 persen, meningkat 13,4 persen dari periode sebelumnya,” ujar Oded.

 

Sejauh ini pelaksanaan rapid tes Gugus Tugas Covid-19 Kota Bandung mencapai 21.340.

“Ini berarti kita sudah mengetes 0,86 persen penduduk, melebihi standar 0,6 persen. Sedangkan pengetesan PCR [tes swab] sudah mencapai 0,42 persen atau 10.457 spesimen,” ucap Oded.

“Ke depannya, PCR akan terus kita tingkatkan karena 80 Puskesmas sudah bisa melaksanakan pengetesan PCR dan hasilnya tetap diproses di BSL 2 milik Pemkot Bandung,” papar Oded.

Sedangkan dari sisi ekonomi Oded mengatakan wilayahnya masih mengalami penurunan daya beli sekitar 30 persen. Keluarga dengan pendapatan tidak tetap yang terkena dampak paling besar, yakni hingga 80 persen.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *