Jokowi Soal Kebijakan Tak Dengar Pakar: Ini Berbahaya

Jokowi Soal Kebijakan Tak Dengar Pakar: Ini Berbahaya

Presiden Joko Widodo mengingatkan agar tiap kebijakan penanganan Covid-19 selalu berbasis pada data dan saran pakar. Jika tidak, ini akan berdampak pada peningkat kasus Covid-19.

[penci_related_posts title=”Baca Juga” number=”4″ style=”list” align=”none” displayby=”tag” orderby=”random”]

“Jangan kita membuat kebijakan, policy, tanpa melihat data, tanpa mendengarkan saran dari pakar. Ini berbahaya,” ucap dia, di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Jatim, Kamis (25/6).

Hal itu ia katakan ketika menyinggung soal angka kasus Virus Corona global yang nyaris menembus 10 juta kasus.

“Hati-hati. Kita tidak ingin ikut terseret kepada angka-angka yang besar,” ujar Jokowi.

Kunjungan kerjanya kali ini merupakan yang kali pertama dilakukan sejak pandemi covid-19. Selain mengunjungi Surabaya, Jokowi juga memantau pasar dan pariwisata di Banyuwangi.

Saat itu, ia didampingi Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama Kusubandio, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, Bupati Banyuwangi Azwar Anas, dan sejumlah pejabat lainnya.

Tiba di Bandara Internasional Banyuwangi pukul 14.00 WIB, Presiden langsung mengunjungi pasar tradisional di Kecamatan Rogojampi sambil memakai pelindung wajah atau face shield.

Pasar ini merupakan bagian dari Pasar Pelayanan Publik Rogojampi yang membuka layanan kependudukan dan perizinan bagi warga.

Dalam kunjungan tersebut, Jokowi memastikan antrean warga tetap menjaga jarak. Mantan wali kota Solo itu juga sempat meninjau layanan antrean online dan mesin pencetak Kartu Keluarga hingga Kartu Tanda Penduduk (KTP).

Jokowi kemudian meninjau prakondisi tatanan normal baru pariwisata di Vila Pantai So Long, Banyuwangi. Di lokasi ini, ia mengapresiasi pelibatan penuh masyarakat dalam menumbuhkan sektor pariwisata.

“Saya melihat pariwisata di Banyuwangi melibatkan masyarakat secara penuh terutama dalam mendukung sektor pariwisata yg ada,” kata dia.

Misalnya, dalam hal pemberian kesempatan kepada warga yang ingin turut berusaha dan mencari mata pencaharian di sektor pariwisata.
Suasana aktivitas jual beli di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta, Minggu (14/6/2020).

“Hotel-hotel misalnya bintang tiga ke bawah semuanya diberikan kepada rakyat, yang bintang empat dan lima dan seterusnya diberikan kepada investor,” kata Presiden.

Jokowi juga mengapresiasi kesiapan Banyuwangi dalam menerapkan prakondisi tatanan normal baru pariwisata.

“Kita mendukung penuh apa yang dilakukan oleh Bupati Banyuwangi dan Gubernur Jawa Timur dalam rangka menyiapkan sebuah prakondisi menuju ke sebuah tatanan normal baru,” ujar dia.

Sebelumnya, pemerintah pusat dan daerah mengambil berbagai kebijakan yang dinilai kontraproduktif terhadap upaya menekan Corona. Misalnya, pelonggaran Pembatasan Sosial Berkala Besar (PSBB), termasuk di zona merah, penerapan new normal atau normal baru.

Selain itu, pembukaan mal, pasar, hingga mengizinkan angkutan umum beroperasi saat masa mudik lebaran meski dengan sejumlah protokol.

Padahal, sejumlah pakar Epidemiologi mengkritik kebijakan itu karena tak mendasarkan pada data pandemik.

Wapres Ma’ruf Amin mengakui penerapan new normal itu terkait dengan kepentingan ekonomi.

Walhasil, Indonesia jadi negara dengan kasus Corona terbanyak di Asia Tenggara. Per Kamis (25/6), kasus Covid-19 di Indonesia mencapai 50.187 orang, dengan 20.449 orang di antaranya sembuh dan 2.620 orang lainnya meninggal.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *