Keberhasilan SpaceX ke ISS Kurangi Pendapatan Rusia

Keberhasilan SpaceX ke ISS Kurangi Pendapatan Rusia

Badan Antariksa Rusia (Roscosmos) dikabarkan memberi ucapan selamat kepada Amerika Serikat dan pendiri SpaceX Elon Musk atas penerbangan awak pertama yang pernah dilakukan oleh perusahaan swasta. Hal ini membuat Rusia kehilangan monopoli yang telah lama dipegangnya sebagai satu-satunya negara yang dapat membawa astronot ke Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS).

[penci_related_posts title=”Baca Juga” number=”4″ style=”list” align=”none” displayby=”tag” orderby=”random”]

Para ahli mengatakan peluncuran pesawat luar angkasa SpaceX yang mengangkut dua astronaut di dalamnya menjadi ‘wakeup call’ bagi Roscosmos. Ahli menilai Roscosmos harus terus memproduksi pesawat luar angkasa Soyuz agar dapat mempertahankan posisinya di luar angkasa.

“Penerbangan ini merupakan kesempatan tak terduga bagi Moskow untuk terus memproduksi Soyuz dan mempertahankan suara yang signifikan dalam negosiasi atas ISS,” kata Isabelle Sourbes-Verger, seorang spesialis kebijakan ruang angkasa di Pusat Nasional Prancis, melansir AFP.

Peluncuran SpaceX dengan bantuan Falcon 9 adalah peluncuran astronaut dari Amerika Serikat yang pertama setelah terakhir dilakukan pada 2011. Sebelum keberhasilan itu, AS menyewa pesawat ruang angkasa Soyuz buatan Rusia untuk mengirim astronautnya ke ISS.

Roscosmos telah menghasilkan banyak uang dengan mengangkut astronaut. Sementara saat itu Badan Antariksa AS (NASA) harus mengeluarkan biaya US$80 juta untuk satu kursi astronaut di Soyuz. Sedangkan SpaceX telah menyebutkan harga satu tempat duduk di pesawat ruang angkasanya sebesar US$60 juta.

“Jika SpaceX mulai mengambil semua astronot AS, kerugian tahunan bisa lebih dari US&200 juta, kerugian yang signifikan untuk anggaran Roscosmos sekitar US$2 miliar,” kata Andrei Ionin, seorang ahli di Tsiolkovsky Space Academy.

Kepala Roscosmos Dmitry Rogozin telah mengumumkan Rusia sedang berupaya untuk memotong harganya sebesar 30 persen. Namun, Ionin ragu atas rencana tersebut.

“SpaceX menghemat uang dengan menggunakan mesin murah dan memproduksi hampir semua bagiannya sendiri. Untuk melakukan ini, Rusia harus mengubah proses produksinya,” kata Ionin.

Melansir The Moscow Times, Ionin menyatakan Rusia sudah tidak bisa menjadi jawara dalam pengiriman astronaut ke luar angkasa karena perkembangan yang dilakukan oleh China dan SpaceX.

“Ketika kami kehilangan pasar peluncuran, Roscosmos mengatakan semuanya baik-baik saja karena kami adalah satu-satunya yang mengirim orang ke ISS. Sekarang kejayaan itu telah jatuh,” ujar Ionin.

Ionin menuturkan sektor luar angkasa Rusia dirusak oleh korupsi dengan berbagai skandal, misalnya dalam pembangunan landasan peluncuran Vostochny. Selain itu, Ionin menilai industri luar angkasa Rusia telah gagal berinovasi. Rusia dianggap hanya berkonsentrasi pada modifikasi teknologi Soviet tanpa evolusi besar.

Program luar angkasa Rusia terkenal karena telah mengirim manusia pertama ke luar angkasa pada 1961 dan meluncurkan satelit pertama empat tahun sebelumnya. Namun, program luar angkasa Rusia baru-baru ini telah mengalami serangkaian kemunduran, terutama karena kegagalan misi peluncuran pesawat ruang angkasa dan satelit dalam beberapa tahun terakhir.

Lihat juga: Fakta Unik Astronaut NASA yang Dikirim Pakai Kapsul SpaceX
Untuk membuat Rusia tetap bertahan dalam persaingan bisnis luar angkasa, Ionin menyarankan badan pemerintah yang independen dari pemain utama sektor luar angkasa untuk mengembangkan strategi baru. Jika tidak dilakukan, dia khawatir munculnya perusahaan swasta seperti SpaceX yang memiliki ambisi meluncur ke luar angkasa yang luar biasa dan berisiko meninggalkan Rusia jauh di belakang.

“Presiden AS (Donald) Trump membangun kembali sebuah badan, Dewan Antariksa Nasional – untuk menetapkan tujuan kebijakan. Kami perlu melakukan hal yang sama,” ucap Ionin.

Selama ini, beberapa pengamat menilai Presiden Rusia Vladimir Putin lebih fokus menggunakan ilmu roket untuk mengembangkan kemampuan militer, khususnya rudal hipersonik. Putin disebut menilai penjelajahan luar angkasa bukanlah prioritas ketika bisa memamerkan kekuatan negara.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *