BIN Cari Solusi Penumpukan Massa di Rapid Test

BIN Cari Solusi Penumpukan Massa di Rapid Test

Badan Intelijen Negara (BIN) mencari solusi kepadatan warga tanpa jarak sosial di rapid test yang digelar pihaknya setelah ada insiden di Terminal Keputih, Surabaya.

[penci_related_posts title=”Baca Juga” number=”4″ style=”list” align=”none” displayby=”tag” orderby=”random”]

“Kami cari solusi, memperbaiki administrasi, kami coba cari cara yang tercepat, jadi begitu mulai langsung banyak nyelesaikannya,” kata Kepala Poliklinik Badan Intelijen Negara (BIN) atau Head of Medical Intelligence dr Sri Wulandari, di Surabaya, Kamis (4/6).

Dia mengatakan bahwa kerumunan warga tersebut terjadi lantaran antusiasme masyarakat yang tinggi. Petugas pun sudah sempat menertibkan warga.

“Tadi saya sudah pesan sama panitia, physical distancing harus ada tapi mungkin saking banyaknya jadi seperti itu,” kata Wulan.

Nyatanya, warga tetap bergerombol dan enggan menerapkan physical distancing. Wulan pun mengaku sudah berusaha terus mengingatkan.

“Tapi kalau lihat gitu, saya selalu ingatkan harus jaga jarak, harus jaga jarak begitu,” ujarnya.

Wulan menyebut hingga pukul 15.00 WIB ada 746 warga Kelurahan Sukolilo dan sejumlah warga di kelurahan di sekitarnya yang menjalani rapid test. Sebanyak 100 orang di antaranya dinyatakan reaktif alias positif versi rapid test.

Warga yang reaktif, lanjutnya, bakal langsung menjalani tahap selanjutnya yakni tes swab polymerase chain reaction (PCR) dan menjalani karantina di tempat yang disiapkan oleh Dinas Kesehatan Kota Surabaya.

“Langsung swab, langsung karantina, kita kerjasama sama dinkes dan linmas,” ujarnya.

Hasil tes usap atau swab sendiri, kata Wulan baru bisa diketahui dalam 1-2 hari ke depan. Para warga akan langsung mendapatkan informasi melalui dinkes dan puskesmas setempat.

Sebelumnya, Warga Surabaya antusias mengikuti rapid test dan tes swab massal yang digelar oleh BIN di Terminal Keputih.

Pantauan di lokasi, ratusan warga bahkan nampak berdesakan. Mereka mengantre tanpa menerapkan protokol kesehatan seperti physical distancing, dan penggunaan masker.

Salah satu warga mengaku, ia terpaksa berdesakan, sebab tak ingin antrean tesnya diserobot oleh warga yang lain. Maka untuk menjaga antrean, menurutnya tak ada cara lain selain berdempetan.

Sebelumnya, BIN sudah beberapa kali melakukan rapid test massal. Misalnya, di Terowongan Kendal, DKI, dan Depok.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed