Lingga Binangkit Eksis Kembali dengan Karya Baru

Lingga Binangkit Eksis Kembali dengan Karya Baru

Lingga Binangkit (LB) adalah nama lingkung seni legendaris di Jawa Barat, dan sempat berjaya selama tiga dasawarsa. Menurut penuturan budayawan Sunda almarhum RAF (Rahmatullah Ading Afandi) dalam blog www.lingga.binangkit.com, LB lahir dari kalangan Tembang Cianjuran. RAF adalah budayawan yang dikenal dengan sejumlah karya sastra dan gending karesmen.

[penci_related_posts title=”Baca Juga” number=”4″ style=”list” align=”none” displayby=”tag” orderby=”random”]

Selain RAF, sejumlah tokoh menjadi pendukung utama lahirnya “Lingga Binangkit”, “Yaitu Bp. Ace Bastaman, Ibu Merry Moehammad, Ibu Saodah, Bpk . Boestomi, Bpk. R. Moehammad. Sedangkan sosok-sosok yang merupakan anggota angkatan ke-I diantaranya Kang Dadang Sulaeman, Kang Dikman, Kang Sakir, Kang Dahro, Kang Eman, Kang Saleh,” tutur M. Nasir, salaseorang putra keluarga mendiang Bpk. R. Moehammad/Ibu Merry Moehammad, yang akrab disapa Kang Ujel.

Tanggal 20 April 1963 dianggap sebagai titimangsa lahirnya LB. Februari 1963 panitia milangkala koran Sunda “Sipatahoenan” meminta kepada RAF untuk membuat acara yang bertema Sipatahunan. RAF pun membuat naskah gending karesmen “Leuwi Sipatahoenan”. Panitianya bertanya, apa nama grup yang mau tampil di resepsi milangkala koran Sipatahoenan itu ? Entah ilham dari mana, tutur RAF, ditetapkanlah nama “Lingga Binangkit”.
Lingga artinya lambang kesuburan, keraharjaan. Binangkit artinya keindahan

Gending Karesmen “Leuwi Sipatahoenan” digelar 20 April 1963 dan tanggal tersebut diambil sebagai titimangsa kelahiran Lingga Binangkit. Gending karesmen “Leuwi Sipatahoenan” merupakan karya monumental pada zamannya dan digelar belasan kali, termasuk di Hotel Indonesia yang merupakan hotel paling bergengsi saat itu.

Dari situ LB terus melaju, memproduksi berbagai judul gending karesmen, seperti “Yaumal Qiyamah” dan “Saija & Adinda. Gending Karesmen pun menjadi brand LB.

Mulai sekitar tahun 1968 kiprah LB melebar ke jalur musik religi dengan menampilkan seni musik pesantren yaitu tagoni. Dalam setiap perayaan hari besar Islam di TVRI, LB selalu tampil. LB pun menjadi langganan Istana Presiden.

Dalam perjalanannya kemudian, menurut Kang Ujel, menginjak dasawarsa 70an, karena tampilan musikal LB dengan tagoninya dipandang monoton, tanpa nada, hanya menggunakan genjring, mendapat sentuhan musik modern dari para musisi simpatisannya seperti Saleh Suwarno, Jaka Haripurnomo dan Sambar Hadiman, D. Djuhari (komposer penulis syair lagu “Marlina”, pencipta lagu Pop Sunda “Hariring Kuring”, dan “Hilang Dalam Kegelapan”) sebagai pelatih dan penata vokal LB. Ada juga R. Adang Ruchiyat sebagai sebagai pelatih vokal.

Selanjutnya suguhan kasidah LB, bukan hanya dimainkan oleh rebana atau genjring (pentatonik), tapi juga oleh instrumen band atau instrumen musik Barat (diatonik). “Bisa dibilang, LB ini perintis kasidah modern,” kata Kang Ujel.

Hanya saja, diakui oleh Kang Ujel, sebagai sebuah lingkung seni, LB mempunyai nama besar di dunia panggung, di jagat pertunjukan, tapi tidak meninggalkan jejak di jagat rekaman. Dalam kiprah panggungnya, LB kerap melibatkan artis-artis top di blantika musik Indonesia sebagai guest star, diantaranya Emilia Contessa dan Harry Moekti.

Memasuki pertengahan dasawarsa 90an, LB mulai vakum, dan masa vakum ini berlangsung 25 tahun. “Sesekali tampil di TVRI Jabar menyuguhkan kasidah,” ujar Kang Ujel.

Karya Baru

Bulan Ramadhan tahun 2020 menjadi momentum bangkitnya kembali LB, dengan melahirkan karya-karya lagu baru. Kebangkitan ini dimotori oleh putra putri keluarga Bpk. R. Moehammad/Ibu Merry Moehammad, yaitu Ayi Boestomi (Pimpinan LB yang akrab disapa Ceu Ayi), Burhan, M. Nasir (Kang Ujel), M. Muslich (Kang Moes), M. Tito Suhud, Ubay Noerman, Achmad Mutohar (Kang Utoh), Moch. Bidha Hasbulah.

Karya-karya lagu baru LB yang sudah tuntas digarap yaitu “Pesta Batin”, “Sadar”, dan “Jalan Tuhan”. Ketiga lagu tersebut adalah karya cipta Utoh/Yusran Pare, diaransir oleh Sukma Mulyana, direkam di Air Studio, didukung sejumlah musisi Bandung, dinyanyikan oleh generasi penerus LB, yaitu cucu dan cicit Bpk. R. Moehammad/Ibu Merry Moehammad, ditambah dengan vokalis dari HAPMI Jabar dan HAPMI Cianjur.

“Lagu Pesta Batin dan Jalan Tuhan sudah tayang di TVRI Jabar setiap sore menjelang Magrib. Karya lagu yang belum direkam pun masih banyak. Sesuai perkembangan zaman, LB pun menayangkan karya di YouTube, nama akunnya Lingga Binangkit Official,” ujar Kang Ujel mengakhiri perbincangan.

Yosie Wijaya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *