DPR Hilang Nurani Saat Rakyat Dirundung Corona

DPR Hilang Nurani Saat Rakyat Dirundung Corona

Peneliti Discussion board Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi) Lucius Karus menyebut para anggota DPR RI kehilangan nurani dan empati karena lebih banyak membuat kegaduhan dibanding memperjuangkan kepentingan rakyat saat pandemi Virus Corona (Covid-19).

[penci_related_posts title=”Baca Juga” number=”4″ style=”list” align=”none” displayby=”tag” orderby=”random”]

Buktinya, DPR memaksakan pembahasan RUU Cipta Kerja dan berbagai RUU kontroversial saat mestinya fokus pada pengawasan penanganan Covid-19 oleh Pemerintah, berfoto memakai alat pelindung diri (APD) saat para tenaga medis kesulitan mendapatkannya, serta gaduh dengan jamu penyembuh Corona.

“Ini menunjukkan DPR nyaris kehilangan nurani, empatinya, nyaris kehilangan perannya sebagai wakil rakyat justru di saat rakyat betul-betul membutuhkan ada yang dapat menyuarakan apa yang tengah terjadi di masyarakat,” kata Lucius saat dihubungi, Senin (4/5).

Lucius berpendapat DPR tidak menganggap situasi pandemi dan krisis saat ini seperti hal luar biasa. Hal itu terlihat dari keputusan para anggota dewan untuk melanjutkan pembahasan seperti biasa.

Dia menyarankan DPR untuk mengurangi kegiatan yang tak berkaitan dengan penanganan Virus Corona saat ini, seperti pembahasan RUU kontroversial. Dia menyarankan parlemen untuk fokus mengawasi penanganan Corona yang dilakukan pemerintah.

Ribuan massa buruh dan mahasiswa yang tergabung dalam aksi Gerakan Tolak Omnibus Regulation (Getol) Jawa Timur mulai berdatangan ke Bundaran Waru, Surabaya.Ilustrasi penentangan terhadap Omnibus Regulation. Di saat Corona, DPR dan Jokowi hanya menunda klaster ketenagakerjaan, dan tak membatalkan pembahasannya.

“Ada Perppu soal kebijakan keuangan saat pandemi, itu mestinya cepat direspons. Bukannya hanya dijadikan bahan mengkritik pemerintah saja, tapi putuskan diterima atau tidaknya agar ada kepastian hukum di tengah pandemi,” tuturnya.

Serupa, jurnalis Najwa Shihab di akun Instagram pribadinya mengkritik para anggota dewan sibuk dengan agenda masing-masing di tengah pandemi Corona.

Dalam video berjudul ‘Kepada Tuan dan Puan Anggota DPR Yang Terhormat’, Najwa menyindir berbagai aksi DPR. Dia berkata parlemen negara lain fokus menangani corona, sedangkan DPR RI malah sibuk membahas isu lain.

“Tapi rasa-rasanya, isu-isu yang keluar dari Senayan, kok kebanyakan tidak terkait corona ya? Kami malah membaca DPR semangat membahas isu-isu lain, contohnya Rancangan Undang-undang Cipta Kerja yang banyak ditolak,” kata Najwa dalam video yang important di media massa tersebut.

“Per tindakan dan keputusan di masa krisis menunjukkan skala prioritas. Atau memang inikah prioritas wakil-wakil rakyat kami saat ini?” tutur Najwa di bagian akhir video.

Merespons kritikan itu, Anggota DPR RI dari Fraksi PDIP Arteria Dahlan menyebut semua informasi dalam video itu tidak benar, hoaks, dan berupa fitnah.

Arteria meminta Najwa meminta maaf terkait pernyataan itu. Dia mengklaim selama ini DPR melakukan kerja yang baik di tengah ketidakpercayaan dan kritik publik.

“Meminta Najwa minta maaf. Ini kan statement-nya telah dikonstruksikan dan disengaja benar-benar untuk memfitnah dan menista pribadi maupun anggota DPR,” ucap Arteria dalam keterangan tertulis, Minggu (4/5).

Anggota Komisi III DPR RI itu mengaku telah kecewa dengan Najwa setelah memancing Presiden Jokowi menjelaskan perbedaan mudik dan pulang kampung. Dia bilang wawancara itu malah menjadi sentimen negatit terhadap Jokowi.

Dia lagi menyindir perjalanan karier Najwa. Arteria bilang kemampuan Najwa kalah jauh dari jurnalis, seperti Aiman Wicaksono dan Rosiana Silalahi.

“Sadarlah sebelum terlambat, perbaiki diri. Apa perlu kita umbar ke publik aib dan dosa serta moralmu? Apa perlu jalur hukum yang akan menjadi penentu hidupmu?” tulis Arteria.

Diketahui, Arteria beberapa kali menuai kontroversi di media. Misalnya, menyebut pejabat Kementerian Agama ‘bangsat’, menghardik teknokrat senior Emil Salim di acara Mata Najwa, hingga menyebut KPK periode Agus Rahardjo ‘tak hebat-hebat amat’ dan menyanjung setinggi langit KPK period Firli Bahuri.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *