Pria Ini ‘Ketagihan’ Uji Vaksin, Dulu Ebola Kini Corona

Pria Ini ‘Ketagihan’ Uji Vaksin, Dulu Ebola Kini Corona

Uji coba calon vaksin COVID-19 ke manusia telah dimulai di beberapa negara. Salah satu relawan di Amerika Serikat bernama Sean Doyle ternyata dulu lagi pernah ikut uji coba vaksin Ebola, salah satu penyakit paling mematikan.[penci_related_posts title=”Baca Juga” number=”4″ style=”list” align=”none” displayby=”tag” orderby=”random”]

Sean yang berusia 31 tahun adalah kandidat PhD kedokteran di Emory College. Ia diinjeksi kandidat vaksin Corona berkode nama mRNA-1273 yang dikembangkan oleh perusahaan bioteknologi berbasis di Massachusetts, Moderna Inc bermitra dengan Nationwide Institutes of Well being.

Disuntik calon vaksin bisa berisiko. “Belum disetujui untuk digunakan dan apa efek sampingnya,” sebut Dr Amesh Adalja dari John Hopkins College.

Sean pun menyadari itu. “Ada pembicaraan dengan teman dan keluarga. Mereka semua cemas soal memperoleh vaksin eksperimen seperti ini di mana tak seorang pun tahu apa efeknya. Tapi mereka percaya padaku,” cetus Sean.

Dua setengah tahun silam, Doyle lagi ikut ambil bagian trial imunisasi melawan virus Ebola. Pengalaman selama 18 bulan uji coba vaksin Ebola itu membuat dia jadi kandidat eksperimen Corona.

“Tak ada yang benar-benar tahu bagaimana calon vaksin ini jadinya di dalam tubuh. Tapi aku acquainted dengan statistik tentang langkanya kemunculan reaksi berat. Jadi aku tak begitu khawatir terkena efek negatif dengan berpartisipasi di trial ini,” jar Sean.

Moderna sendiri mulai menguji coba calon vaksinnya ke lebih banyak orang. Mereka baru saja mendapatkan dana segar dari pemerintah AS untuk mempercepat pengembangan mRAN-1273, termasuk untuk persiapan produksi massal.

Vaksin Corona diharapkan dapat tersedia antara 12 sampai 18 bulan dalam skenario terbaik. Itu karena biasanya pengembangan vaksin membutuhkan waktu bertahun-tahun. Akan tetapi pandemi Corona membuat para ilmuwan ngebut agar obat dapat segera tersedia untuk masyarakat.

“Pengembangan vaksin biasanya dalam tahunan dan kadang-kadang dekade. Dan ada beberapa penyakit yang belum ada vaksin meski telah dikerjakan beberapa dekade seperti HIV atau hepatitis C. Tapi satu-satunya cara untuk benar-benar menangkal virus adalah dengan vaksin,” kata Adalja.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *