Tiga Doa Saat Banjir Melanda

Tiga Doa Saat Banjir Melanda

Banjir kembali melanda Jakarta dan daerah lain di sekitarnya termasuk Bekasi. Banjir biasanya diikuti sederet kerja keras untuk membersihkan dampaknya, misal rumah yang kotor akibat lumpur serta peralatan yang rusak dan basah.

Dampak ikutan lain adalah penyakit infeksi yang mengintai korban banjir, misal diare dan gangguan kulit. Semakin lama terjadi banjir maka makin lama korban harus menunggu untuk membersihkan rumah. Risiko terkena penyakit akibat banjir juga makin besar.

Bisa jadi banjir yang terjadi di Jakarta pada Minggu, 23 Februari dan Selasa 24 Februari hari ini adalah musibah. Terkadang di balik musibah ada anugerah bagi siapa saja yang sabar. Rasulullah SAW mengajarkan kita saat tertimpa musibah agar membaca doa berikut ini:

Doa saat terkena musibah
إنّاَ للهِ وإنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ اللَّهُمَّ أجِرْنِي فِي مُصِيبَتي وأَخْلِفْ لِي خَيْراً مِنْها

Latin: Innâ lillâhi wa innâ ilaihi râji’un. Allâhumma ajirnî fî mushîbatî wa akhlif lî khairan minhâ.

Artinya: “Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan sungguh hanya kepada-Nya kami akan kembali. Ya Allah, karuniakanlah padaku pahala dalam musibah yang menimpaku dan berilah aku ganti yang lebih baik daripadanya.”

Doa Nabi Nuh saat hujan dan banjir
Saat terjadi musibah banjir bisa membaca doa seperti yang sempat dibacakan Nabi Nuh AS. Doa ini bisa dilihat di Al-Qur’an surat Hud ayat 44.

وَقِيلَ يَا أَرْضُ ابْلَعِي مَاءَكِ وَيَا سَمَاءُ أَقْلِعِي وَغِيضَ الْمَاءُ وَقُضِيَ الْأَمْرُ وَاسْتَوَتْ عَلَى الْجُودِيِّ ۖ وَقِيلَ بُعْدًا لِلْقَوْمِ الظَّالِمِينَ

Arab latin: Wa qīla yā arḍubla’ī māaki wa yā samāu aqli’ī wa gīḍal-mā`u wa quḍiyal-amru wastawat ‘alal-jụdiyyi wa qīla bu’dal lil-qaumiẓ-ẓālimīn

Artinya: Dan difirmankan: “Hai bumi telanlah airmu, dan hai langit (hujan) berhentilah,” dan airpun disurutkan, perintahpun diselesaikan dan bahtera itupun berlabuh di atas bukit Judi, dan dikatakan: “Binasalah orang-orang yang zalim.”

Nabi Nuh AS diutus pada suatu kaum yang justru mengabaikan kebenaran wahyu Allah SWT. Setelah mendustakan kebenaran yang disampaikan Nabi Nuh AS, Allah SWT marah dan mengirim banjir yang memusnahkan kaum tersebut.

Allah SWT menyelamatkan kaum yang menerima kebenaran dengan tidak mengolok Nabi Nuh AS. Kaum tersebut naik perahu besar saat banjir besar melanda dan memusnahkan yang lain. Selama perjalanan menembus banjir, Nabi Nuh AS dikisahkan membaca doa tersebut.

Banjir juga sempat terjadi di masa kenabian Rasulullah SAW. Saat itu dikisahkan terjadi hujan deras selama 7 hari di Madinah hingga merusak rumah, membatasi aktivitas masyarakat, dan merusak stok makanan. Doa terdapat dalam hadist yang dinarasikan Anas.

اللَّهُمَّ حَوَالَيْنَا وَلاَ عَلَيْنَا

Artinya: “Ya Allah, Biarkan hujan terjadi di sekitar kami bukan tepat di kami.” (HR Bukhari)

Setelah membaca doa tersebut, awan mendung dikisahkan hilang dari sekitar Madinah. Hasilnya Madinah tak lagi diguyur hujan lebat seperti seminggu sebelumnya. Hadist terdapat dalam kitab Invocations yang ditulis imam Bukhari.

Tentunya, usaha lain harus dilakukan untuk mencegah banjir tidak menjadi musibah tahunan. Misal menjaga kebersihan lingkungan dengan tidak buang sampah sembarangan, menebang pohon dengan pertimbangan matang, dan menyediakan lahan terbuka hijau. Masyarakat juga tidak bisa mendirikan bangunan sembarangan terutama di daerah resapan air.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *