Masih ada nama lama di jajaran direksi PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) yang diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) hari ini. Dia adalah Fuad Rizal yang kembali dipercaya menjadi Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko.
Mundur ke belakang, manajemen lama Garuda termasuk di dalamnya Fuad pernah tersandung masalah karena mempercantik laporan keuangan perusahaan di 2018 dari rugi menjadi untung US$ 809,85 ribu, setara Rp 11,33 miliar (kurs Rp 14.000).
Fuad kala itu menjabat sebagai Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko yang ikut bertanggung jawab terhadap laporan keuangan.
Lantas sudah tepat kah langkah Menteri BUMN Erick Thohir kembali memasukkannya ke jajaran direksi Garuda?
“Gini, susunan direksi ini kan sudah dikaji oleh Menteri BUMN, dan saya yakin Menteri BUMN juga sudah konsultasi dengan pemegang saham besar lainnya misalnya Pak CT juga, Pak Chairul Tanjung, juga sudah dikonsultasikan ke Presiden. Tentunya juga sudah dipelajari rekam jejaknya,” kata Pengamat Penerbangan Alvin Lie saat dihubungi, Rabu (22/1/2020).
Lagipula menurutnya manipulasi laporan keuangan Garuda adalah tanggung jawab bersama, bukan hanya individu.
“Ya sebagai direktur keuangan kan dia harus tanda tangan, dan jangan lupa laporan keuangan yang kemudian bermasalah itu juga disahkan dalam RUPS. Jadi tanggung jawabnya tanggung jawab bersama. Bukan hanya tanggung jawab orang per orang saja,” terangnya.
Dia juga meyakini yang dilakukan oleh direksi Garuda bukan inisiatif mereka sendiri.
“Nah tidak tertutup kemungkinan apa yang mereka lakukan itu juga atas perintah Menteri BUMN yang dulu. Ya saya sih melihatnya begitu,” ujarnya.
“Ya kita percayakan saja pada mereka yang sudah membuat keputusan itu. Saran saya nama-nama ini sudah muncul, beri kesempatan mereka kerja dulu,” tambah Alvin.
