Zulkifli Hasan Dianggap Memalukan Sejarah PAN

Zulkifli Hasan Dianggap Memalukan Sejarah PANPersiapan Kongres V Partai Amanat Nasional (PAN) yang tengah dipersiapkan Dewan Pimpinan Pusat (DPP) kembali ternodai oleh gelagat politik petahana Ketua Umum Zulkifli Hasan yang semakin tidak jelas.

Pasalnya, dari info yang beredar di media sosial hari ini, Zulhas panggilan akrab Zulkifli Hasan, telah menunjuk secara sepihak Steering Committee (SC) dan Organizing Committee (OC) kongres, dengan membawa lari palu sidang.

Terdapat dua orang yang ditunjuk Zulhas, diantaranya Sekretaris Jendral PAN Eddy Soeparno sebagai SC, dan Anggota DPR Eko Patrio sebagai OC.

Penunjukan itu dilakukan dalam rapat pengurus harian yang diselenggarakan di ruang Daksa 02, kantor sementara DPP PAN, Jalan Daksa I No. 10, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat malam (20/12).

Mengetahui hal tersebut, Politisi senior PAN yang juga mantan anggota Komisi III Fraksi PAN, Muslim Ayub mengaku geram. Katanya, dalam sejarah perpolitikan PAN, baru di kepemimpinan Zulhas terjadi hal memalukan seperti cerita yang beredar tersebut.

“Ini adalah sejarah memalukan Partai Amanat Nasional sejak dilahirkan di Indonesia ini. Memalukan lo! masa diketok palu dibawa lari, tidak menghargai petinggi-petinggi partai disitu, ada Pak Amien loh!,” ujar Muslim saat dihubungi Kantor Berita Politik RMOL, Sabtu (21/12).

Disamping itu, ia tahu betul soal track record Zulhas, yang selama menjadi kader hanya meminta kekuasaan dan tidak memberikan kontribusi positif selayaknya kader atau pimpinan PAN sebelumnya.

“Siap betul dia tinggalkan kita lari (bawa palu)! Ini partai bukan partai anak-anak, bukan partai-partaian. Ini Partai Amanat Nasional, yang setiap tahun pemilu mendapat 5 besar di DPR,” sebut Muslim.

“Ya kecuali pada saat dia (Zulhas) mimpin. Dari 5 besar (di DPR) menjadi 8 besar, dari ada menteri menjadi tidak ada, dari ada pimpinan DPR dan pimpinan MPR menjadi tidak ada,” sambungnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *