Kenali Gejala Hepatitis A yang Dapat Menyerang Anak-anak

Nina juga mengajarkan cara untuk melihat perubahan warna pada anak, yaitu dengan membandingkan tangan Anda dengan anak Anda dan melihat warna di kulitnya. Jika anak Anda sudah terjangkit berat, maka perubahan menguning bisa sampai terjadi pada mata anak Anda.

Namun, hepatitis A yang terjadi pada anak-anak sebagian besar bersifat ringan dan dapat sembuh dengan sendirinya. Hal ini dikarenakan anak-anak memiliki recovery badan yang sangat baik tetapi kekebalan tubuhnya tidak sekuat orang dewasa.

Walaupun jarang bergejala berat, anak-anak dapat menjadi sumber penularan ke orang-orang dewasa. Sampai saat ini, tidak ada obat khusus untuk menyembuhkan hepatitis A. Perawatan yang diberikan bersifat supportif, seperti memberi obat anti demam, diare, muntah, dan gejala awal lainnya.

“Hanya yang mengalami komplikasi yang kita rawat. Pengobatan hanya untuk gejala berat. Biasanya, kalau sudah berat anaknya bisa penurunan kesadaran, anaknya bisa tidak sadar, bisa kejang-kejang, bisa dehidrasi, dan bisa sampai menyebabkan kematian,” sambungnya.

Pencegahan Oleh karena itu, Nina mengajarkan cara-cara untuk mencegah hepatitis A pada anak-anak, yaitu dengan mengajarkan anak Anda mencuci tangan setelah dari kamar mandi dengan sabun, memastikan sumber air yang bersih, makan maupun minum yang terjamin bersih, dan selalu mengganti popok.

Selain itu, melakukan vaksinasi hepatitis A juga merupakan cara yang paling efektif untuk mencegah Anda maupun anak Anda dari serangan hepatitis A.

“Vaksin diberikan kepada anak berusia 2 tahun keatas berdasarkan kebijakan di Indonesia. Vaksin terbukti punya efektifitas yang baik, punya proteksi 94-100 persen pada suntikan pertama dan 100 persen pada suntikan kedua, di IDAI kita merekomendasi vaksin hepatitis A dimulai dari usia 24 bulan ke atas dua kali dengan interval 6-12 bulan dan vaksin hepatitis a di daerah endemis,” sambungnya.

Setelah terkena hepatitis A, kapan anak Anda dapat masuk sekolah lagi? Nina menganjurkan anak Anda dapat bersekolah kembali satu minggu setelah sakit. Namun, tetap harus memperhatikan higienisitas diri, karena virus masih berada di feses beberapa bulan setelah sakit. ”Untuk menghindari transmisi, orang disekitar dan anak-anak di sekolah harus divaksin juga” tutupnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *