Peserta Wisata Horor Tuntut Panitia Kembalikan Uang Pendaftaran

Peserta Jakarta Mystical Tour menuntut penyelenggaraan paket wisata horor di ibu kota mengembalikan uang mereka. Penyelenggara tur ke lokasi yang dianggap angker di Jakarta itu adalah Biang Overlender.[penci_related_posts title=”You Might Be Interested In” number=”4″ style=”list” align=”none” displayby=”cat” orderby=”random”]
“Saya minta uang pendaftaran wisata dikembalikan. Saya kecewa setelah nyaris celaka setelah mengikuti paket wisata itu,” kata Manta, peserta Jakarta Mystical Tour saat dihubungi, Ahad, 3 November 2019.

Adapun uang pendaftaran mengikuti paket wisata itu sebesar Rp 350 ribu. Penyelenggara mengajak 47 peserta mengunjungi sejumlah lokasi yang dianggap angker seperti Museum Taman Prasasti, Toko Merah, Museum Sejarah Jakarta, Jembatan Ancol, perlintasan kereta Tragedi Bintaro, TPU Jeruk Purut, Taman Langsat, Menara Saidah, dan Terowongan Casablanca.

Manta menuturkan peserta tur wisata ke lokasi yang dianggap angker itu nyaris celaka tersambar kereta rel listrik di perlintasan terjadinya Tragedi Bintaro 1987 pada pukul 23.40, Jumat, 1 November 2019. Peserta nyaris ditabrak KRL saat ingin foto bersama di perlintasan KRL dari arah Tanah Abang menuju Bintaro.

Menurut Manta, penyelenggara tidak merencanakan dengan matang tur tersebut. Sebab, panitia tidak mengetahui bahwa masih ada perjalanan kereta saat peserta mendatangi perlintasan kereta tersebut. “Kami bisa menyelamatkan diri karena lari dan loncat setelah melihat lampu sorot kereta,” ujarnya. “Saya sampai terperosok ke solokan dan luka-luka tanpa diobati”..

Ananda Satria, pihak operasional Jakarta Mystical Tour, menyatakan tidak melanjutkan kegiatan tur mistis tersebut. “Walau animo masyarakat masih besar, kami berencana cukup mengadakan dua kali saja,” kata Ananda Satria, pihak operasional Jakarta Mystical Tour, kepada, Sabtu, 2 November 2019.

Jakarta Mystical Tour rencananya diadakan dalam tiga gelombang. Gelombang pertama telah berlangsung pada 18 Oktober 2019 dan gelombang kedua pada 1 November 2019. Adapun gelombang ketiga akan diadakan pada 15 November 2019.

Ananda mengatakan, belajar dari wisata horor pada Jumat, 1 November 2019, panitia menyadari ada beberapa agenda yang keluar dari rencana dan membahayakan peserta. Salah satu peristiwa yang hampir membuat kecelakaan adalah saat rombongan mengunjungi lintasan rel kereta tempat Tragedi Bintaro 1987 terjadi.[penci_related_posts title=”You Might Be Interested In” number=”4″ style=”grid” align=”none” displayby=”recent_posts” orderby=”random”]

Saat itu rombongan diajak berkumpul di rel kereta sekitar pukul 23.50. Panitia luput memastikan jadwal kereta yang melintas, sehingga rombongan tur panik ketika mengetahui KRL masih beroperasi. Peserta rombongan wisata horor berlari tak tentu arah menghindari sambaran kereta listrik yang melaju.

Beberapa di antara mereka mengalami luka-luka karena terjatuh saat menghindari kereta. Ada pula yang tercebur ke selokan yang berada di samping rel. Peserta yang mengalami luka terkilir dibawa ke rumah sakit. Ada juga kerusakan handphone milik peserta saat panik menghindari kereta.

Ananda mengatakan sudah memantau jadwal KRL, namun acara tak sesuai perencanaan. “Permintaan akan meminta maaf secara terbuka,” kata dia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed