Eka Santosa: Penguasa Harus Hargai Para Pendiri Kab. Pangandaran

Sodetan Citanduy

Lebih jauh menurut Eka Santosa yang pada peringatan DOB Pangandaran ke-4 (23/10/2016) di Lapangan Parigi dianugrahi sebagai Panglima Pemekaran, dan politisi Partai Golkar Agun Gunandjar Sudarsa pun dianugrahi selaku bidan pemekaran Kabupaten Pangandaran, ini diberikan bersamaan dengan penganugerahan 151 medali bagi pejuang pemekaran Pangandaran lainnya, sebenarnya upaya ini telah dirintis jauh-jauh hari:[penci_related_posts title=”You Might Be Interested In” number=”4″ style=”list” align=”none” displayby=”cat” orderby=”random”]

”Salah satunya ketika masih ramai polemik pembuatan Sodetan Citanduy yang seharusnya terlaksana pada tahun 2002. Kala itu bersama Ibu Susi Pudjiastuti, Solihin GP (mantan Gubernur Jabar 1970 – 1974), dan dengan DPKLTS (Dewan Pemerhati Kehutanan & Lingkungan Tatar Sunda), mengkritisi rencana ini demi penyelamatan tata lingkungan kala itu dan untuk masa datang.”

Hal lain yang memacu lahirnya DOB Pangandaran, ini terkait pemisahan dirinya dari pemerintah induk Kabupaten Ciamis, saat itu sempat terbentuk semacam ‘Presidium’, yakni PPKP – Presidium Pembentukan Kabupaten Pangandaran. Bila dirunut sebelumnya, ternyata pernah terbentuk Paguyuban Masyarakat Pakidulan (PMP) pada Juli 2004, munculnya Awi Kahirupan (AK). “Perihal ini harus diingat oleh anak cucu kita. Ya sedikitnya ada lebih dari seratus lebih yang berpartisipasi utuh atas perjuangan DOB Pangandaran ini,” ujar Eka yang sempat selama 2 tahun masa kecilnya bersekolah di Kecamatan Parigi – kini Ibukota Kab. Pangandaran. Selama itu orang tua Eka Santosa pernah menjadi Kepala Kantor Kehutanan di wilayah setempat.

Dalam kesempatan ini Eka sempat menyinggung pentingnya unsur inisiatif baik di tingkat legislatif maupun di lapangan. “Semuanya harus terpadu, dan tidak bisa berdiri sendiri.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *