Ulama Maroko Berbagi Metode Unik Lawh untuk Menghafal Qur’an

Selain dikenal sebagai negeri para ulama dan wali, Maroko juga terkenal dengan negeri para penghapal Alquran. Ada banyak penghafal Alquran yang berasal dari Maroko sering meraih kejuaraan lomba di tingkat internasional.[penci_related_posts title=”You Might Be Interested In” number=”4″ style=”list” align=”none” displayby=”cat” orderby=”random”]

“Hal ini dibuktikan dengan banyaknya para penghapal Alquran dari Maroko yang meraih berbagai penghargaan lomba hapalan Al Quran (Musabaqah Tahfizh Al-Quran) tingkat internasional di berbagai negara”, ujar Syeikh Dr Mustafa Najim dalam acara Majlis Ilmu (Jalsah Ilmiyah) yang diselenggarakan oleh Himpunan Alumni Maroko di Indonesia (HMAMI), Sabtu (19/10) di PP Tahfidzh Quran Nurani, Jakarta Selatan.

Lebih lanjut, Syeikh Dr Mustafa Najim yang juga merupakan Rektor Institut Al-Ulum Al-Islamiyah Universitas Al-Qarawiyin Maroko ini menjelaskan bahwa para penghafal Alquran dari Maroko sejak berabad lalu telah mempraktikkan metode unik untuk menghafal Al Quran, yaitu dengan menggunakan “Lawh” .

“Lawh” adalah sejenis papan khusus yang wajib dimiliki para santri penghafal Alquran di Maroko. Dengan metode ini setiap santri diwajibkan untuk menulis terlebih dahulu beberapa ayat yang akan dihafalnya di atas papan tersebut dengan menggunakan tinta khusus yang dapat dihapus kemudian.

Ayat-ayat yang telah ditulis sesuai kemampuan santri tersebut di baca berulang-ulang hingga hafal di luar kepala dan disetorkan setiap hari kepada guru mereka. Ayat Alquran yang ditulis baru boleh dihapus setelah murid tersebut dinyatakan lulus hafalannya oleh guru mereka dan dibolehkan menulis ayat-ayat Al-Quran lanjutannya di papan “Lawh”. Begitu seterusnya metode itu dipakai hingga selesai 30 juz Al-Quran.

Syeikh Dr Mustafa Najim yang juga menjabat Direktur Madrasah Al-Quran di Masjid Hassan II Casablanca yang merupakan salah satu masjid terbesar di dunia ini memaparkan bahwa metode “Lawh” telah membuktikan keunikannya untuk mencetak para penghapal Al-Quran dengan hafalan yang kuat.

“Setidaknya dikarenakan beberapa hal : Pertama, bahwa menulis adalah setengah menghafal. Kedua, dengan papan “Lawh” para penghafal dapat memvisualisasikan di dalam otak mereka tulisan ayat-ayat Al-Quran,” tandasnya.

Ketiga, ada pengaruh psikologis dan ikatan emosional yang kuat antara santri dengan “Lawh” karena mereka telah menulis ayat suci firman Allah SWT, dengan usaha dan tangan mereka sendiri.

Lebih lanjut, mereka akan sangat menghormati dan berupaya menjaganya karena jika hafalan hilang menyebabkan mereka berdosa.[penci_related_posts title=”You Might Be Interested In” number=”4″ style=”grid” align=”none” displayby=”recent_posts” orderby=”random”]

Syeikh Dr Mustafa Najim menekankan bahwa metode “Lawh” juga sekaligus mengajarkan murid menulis (imla) sehingga tidak hanya hafal ayat Alquran dalam dada mereka tapi dapat menuliskan ayat-ayat suci itu kembali dengan benar (Hifzhul quran shadran wa kitabatan).

Oleh karena itu, Sheikh Dr Mustafa Najim dalam penutupnya merekomendasikan agar metode ini dapat dipelajari dan dipraktikkan juga di Indonesia untuk menciptakan generasi para penghafal Alquran yang tidak hanya kuat hafalannya namun juga dapat menjaga tulisan ayat-ayat suci sesuai dengan riwayat bacaan Alquran yang mu’tabar.

Tidak lupa, beliau juga berpesan kepada para santri penghafal Alquran di Indonesia untuk mempelajari bahasa Arab sebagai bahasa Alquran. Karena kewajiban mereka setelah menghapalnya adalah memahami dan mengamalkan isi kandungan Al-Quran dalam setiap nafas kehidupan mereka.

Acara majelis ilmu ini dihadiri oleh pengasuh Ponpes Darul Mughni Cileungsi-Bogor KH Mustofa Mughni, Ketua Umum dan Sekjen HMAMI serta para alumni Maroko, dewan guru dan santri PP Tahfizh Quran Nurani serta diliput oleh reporter Kantor Berita Maroko (Maghreb Arabe Press/MAP) Mrs Nadia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *