Demo STUNGTA Dihadiri Kadis DLH Jabar & Pakar Incinerator ITB

Demo STUNGTA Dihadiri Kadis DLH Jabar & Pakar Incinerator ITBKepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Provinsi Jawa Barat, Bambang Rianto pada Kamis, 5 September 2019 di Jl. Amir Machmud No. 461 Cihanjuang Kota Cimahi, memimpin rapat di lapangan langsung. Bahasannya, mengevaluasi kinerja teknologi pengolahan sampah. “Sengaja dilakukan di lokasi mesin pemusnah sampah ini dibuat. Pesertanya dari dinas dan pihak terkait lingkup Jabar dan nasional. Persoalan sampah di Jabar, saat ini sudah pada tahap perlu diputuskan secara cepat dan tepat. Ya, semacam darurat lingkunganlah. Harapannya, solusi ini segera implementasikan di lapangan. Perintah langsung Pak Sekda Jabar (Daud Achmad), segerakan ada solusi di lapangan,” paparnya seusai melihat demo mesin pemusnah sampah ‘smokless incinerator ‘STUNGTA’.

Hadir dalam rapat di lapangan ini di antaranya Eka Santosa, Ketua Umum DPP Gerakan Hejo yang memiliki divisi teknik HejoTekno selaku produsen STUNGTA. Lainnya ada Betha Kurniawan dari Hejo Tekno; Goenawan Wybisono, Seksi Kemitraan Strategis Direktorat Sistem Inovasi; Zulhamidi Midi, Staf Kantor Layanan Teknis Badan Standardisasi Nasional; Pandji Prawisudha, Ahli Konversi dari Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara (FTMD) ITB; Tunjung, utusan dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah, B3 atau Ditjen PSLB3.

Eka Santosa, mantan Ketua DPRD Jabar (1999 – 2004) yang kini bergiat dibidang budaya dan lingkungan hidup, dalam kesempatan ini memperkenalkan konsep ‘KAMISAMA’ (Kawasan Minimasi Sampah Mandiri) yang akan dalam waktu dekat akan diterapkan di RW 8 Desa Kertajaya Kec. Padalarang, Kabupaten Bandung Barat (KBB). Menurutnya, konsep ‘KAMISAMA ini segera diaplikasikan di RW 08 tersebut, karena mayoritas telah warganya siap mewujudkan mengapikasikannya di lapangan.

“Terlebih mesin STUNGTA hasil karya anak bangsa ini, sudah diapresiasi para pimpinan daerah di luar pulau Jawa terutama di daerah wisata Bali dan Lombok. Apalagi sebentar lagi akan keluar SNI dari Badan Standarisasi Nasional (BSN). Sebenarnya dari BSN ini pun sudah punya nomor 8423/2017. Jadi tinggal seremoninya yang belum, kan?” ujar Eka mengkonfirmasi keterangan dari utusan BSN Zulhamidi Midi.

Diapresiasi ITB

Hal menarik lainnya, selain turunnya Kepala DLH Provinsi Jabar ke tempat STUNGTA diproduksi, di rapat ini muncul apresiasi dari Pandji Prawisudha yang sehari-hari menjadi akademisi dan praktisi di FTMD ITB. Menurut Pandji, performa mesin STUNGTA adalah satu-satunya di Indonesia yang berani dan sudah beberapa kali teruji kinerjanya. “Prinsip hemat enerji, system continuous, pembakaran, ramah lingkungan, ringkas dan portable, serta kemudahan operasinya sungguh dapat dibanggakan. Ada beberapa kekurangan sedikit, justru itu hari ini dan seterusnya kita sempurnakan bersama,” paparnya sambil menambahkan:”Produk incinerator lain di Indonesia, rasanya belum seterbuka seperti ini (STUNGTA). Makanya, kebetulan ada hadir dari pihak BSN, dan yang mewakili Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), serta pihak terkait lainnya, kita tuntaskan hal-hal administrasinya itu.”

Pada pihak lain Betha Kurniawan yang didampingi Agus Warsito selaku Sekjen DPP Gerakan Hejo, merasa bersyukur, upayanya membangun dan melakukan riset mesin STUNGTA bersama tim pakar teknologi persampahan, akhirnya berani menerapkan konsep KAMISAMA demi membantu pemerintah, membuat solusi persampahan di Jabar dan Nusantara.

“Kinerja mesin kami sudah teruji digunakan pada beberapa kawasan perumahan, perkantoran, baik di perkotaan maupun pedesaan. Dalam waktu dekat ini pun Pemerintah DKI Jakarta, sudah berkali-kali mengundang kami untuk melakukan expose di sana. Ini sedang kami persiapkan secara serius,”ujarnya dengan menjelaskan sedikit arti merek ‘STUNGTA’ itu tak lain ‘Geus Tangtu’ (sudah pasti) yang diadopsi dengan akronim ala HejoTekno yakni Sistem Tungku & Treatment Air –“Jadi eta tah STUNGTA teh asalna lain buatan Ukrania atawa German, ieu buatan urang Sunda ti Bandung…Indonesia aseli.”

Eka Santosa diakhir paparannya secara spesifik menyatakan, persoalan sampah di Jabar yang berpenduduk sekitar 50 juta khususnya, ditambah persoalan yang sama di provinsi lain di Indonesia:”Sebaiknya, musnahkan dahulu utamanya di perkotaan yang kondisi lingkungan hidupnya sudah parah. Melalui mesin ini, dalam temo yang cepat karena pembakarannya yang sempurna, sampah itu semua menjadi butiran pasir yang bisa digunakan untuk bahan bagunan. Sekaligus, mengurangi galian pasir yang merusak lingkungan,” urainya sambil menambahkan –“Penerapan KAMISAMA yang dilengkapi STUNGTA tidak pula bertentangan dengan konsep 3 R (reduce, reuse, dan recycle). Malah saling mengisi. (HS/dtn)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed