Mobil Listrik Harus Punya Banyak Kandungan Komponen Lokal

Mobil Listrik Harus Punya Banyak Kandungan Komponen LokalDalam salinan Perpres Nomor 55 Tahun 2019, salah satu poinnya mengatur besaran TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri) mobil listrik di Indonesia. Regulasi tersebut pada dasarnya mendorong tumbuhnya industri kendaraan listrik di Indonesia, dengan mengandalkan komponen lokal yang tersedia.

Dongfeng Sokonindo (DFS) sebagai salah satu produsen mobil yang berminat menjual mobil listrik di Tanah Air pun mengaku sudah membaca salinan peraturan pemerintah tersebut.

“Dua hari lalu kita juga mendapatkan salinan draft-nya (Perpres Mobil Listrik-Red), dan itu lagi kita pelajari dan lihat arah ke depannya itu seperti apa,” kata Sales and Marketing Director of Sales Centre PT Sokonindo Automobile, Alex Pan, belum lama ini.

Sebagai industri yang baru masuk ke Indonesia, Alex mengatakan DFSK akan patuh terhadap setiap hukum dan aturan yang berlaku di Indonesia. Termasuk kebijakan pemerintah yang berniat mendorong industri kendaraan listrik dalam negeri.

“1 sampai 2 tahun pertama itu 35 persen (TKDN-nya -Red), kemudian di tahun ketiga itu 40 persen ya, kemudian tahun keempat sampai tahun kesepuluh itu 60 persen, baru selanjutnya harus 100 persen,” katanya lagi.

“Dan dibalik (aturan-Red) itu kan juga ada insentif yang diberikan pemerintah kepada produsen-produsen untuk menghasilkan mobil listrik. Kemudian kemarin garis besarnya juga sudah dilihat mengenai free pajaknya, tax-nya juga sudah dilihat, dan beberapa kebijakan lainnya. Sudah ada gambarannya, tapi detailnya belum tahu,” ujar Alex.

Ditanya soal kesiapan kendaraan listrik di Indonesia, Alex mengaku akan mempersiapkan segala sesuatunya. Apalagi pabrikan asal Tiongkok ini sudah memajang model mobil listriknya Glory E3 pada ajang GIIAS 2019 bulan lalu.

“Kita di Indonesia memang baru berusia 1-2 tahun. Tapi secara historinya di Tiongkok umurnya sudah cukup tua, mulai dari 1980-an. Kemudian di tahun 2000-an kita bekerja sama dengan Dongfeng Group, itu juga kita sudah mengalami beberapa fase di mana kita mulai dari fase kendaraan bahan bakar sampai sekarang kendaraan listrik sudah kita lalui bersama. Ke depan tentu kita akan melihat apakah yang dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia, apakah langsung pure listrik atau kita mulai dulu dari range extender-nya, jadi akan kita sesuaikan,” katanya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *