Pesilat Naga Kuning Institute dari 7 Negara Eropa Serbu Alam Santosa

Pesilat Naga Kuning Institute dari 7 Negara Eropa Serbu Alam SantosaTerjadi semacam kekagetan luar biasa dari sosok pemilik Kawasan Ekowisata dan Budaya Alam Santosa, di Pasir Impun, Cimenyan Kabupaten Bandung pada Jumat sore (19/7/2019), yakni tokoh Jabar, Eka Santosa. Pasalnya, Alam Santosa yaitu kediamannya yang biasa menjadi arena kegiatan yang berhubungan dengan Gerakan Hejo, kegiatan yang berhubungan dengan reservasi dan lingkungan hidup, tiba-tiba dihadiri sedikitnya 17 pelisat dari 7 negara Eropa – Holland, Germany, Scotland, Norway, Sweden, Switzerland, dan Italy.

Itu secuplik deretan 7 negara yang diungkap Angelique de Bruin selaku management atau pengurus yang menangani rombongan Naga Kuning
Institute. “Kami hadir langsung dari Eropa, setelah mendarat di Jakarta dating ke Bandung lalu ke Pasir Impun. Besok Sabtu (20/7/2019) menghadiri Temu Pendekar Internasional III di Balaikota Bandung (Jl. Wastukencana),” jelas Angelique yang berprofesi sebagai dosen di Belanda.

Eka Santosa, Kaget

Sementara itu Walter van den Broete selaku technical director dari rombongan Naga Kuning Institut yang belakangan diketahui sebagai pesilat yang bertahun-tahun mendalami aliran pencak silat Sera yang khas itu, membenarkan kehadirannya di Alam Santosa akan berakhir hingga Kamis (25/7/2019).

“Selain menghadiri acara di Balaikota Bandung atas undangan Kang Edwin Senjaya selaku Ketua MASPI (Masyarakat Pencak Silat Indonesia). Salah satu guru kami yang hadir melatih di Pasir Impun ini pesilat Ki Daus,” jelas Walter sudah mempersiapkan jadwal kegiatan secara rinci selama tinggal di Alam Santosa.

Pada pihak lain, Eka Santosa selaku tuan rumah yang semula terkaget-kaget atas ‘serbuan’ mendadak dari para pelisat mancanegara ini, akhirnya pada Jumat petang ia tampak tenang.

“Semula kaget ya reuwas we, namun kagum ke tamu-tamu dari negeri Eropa ini. Jauh-jauh hanya ingin mendalami ilmu beladiri pencak silat? Sementara di negeri kita sendiri, anak-anak muda kini malah gandrung dengan bela diri dari luar negeri. Tambah kaget, ketika tahu para pelisat ini, justru akan mendukung penetapan pencak silat sebagai warisan budaya (tak benda) asal Indonesia oleh UNESCO. Katanya, keputusannya keluar akhir tahun 2019,” ujar Eka sambil menambahkan.

“Makanya, mereka ini saya anggap sebagai tamu kita semua. Kebetulan pula dengan Ki Daus salah satu gurunya kami sering bertemu dalam kegiatan bersama, tetapi kalau dalam hal pencak silat baru kali ini.”

Sementara itu salah satu pesilat dari Naga Kuning Institute ini Gino Hoogervors yang sudah 3 tahun terakhir mempelajari pencak silat aliran Sera, merasa senang tinggal di Alam Santosa. Kepada redaksi ia mengemukakan kesan-kesannya.

“Tempatnya, bagus sekali karena kental dengan unsur budaya. Apalagi tuan rumahnya, tahu persis tentang sejarah dan budaya pencak silat. Kebetulan sekarang di Eropa bagi pemuda seusia saya, mulai banyak yang ingin tahu tentang apa kedalaman seni bela diri pencak silat di negara asalnya. Makanya, kami jadwalkan di masa liburan ini pergi langsung ke Indonesia,” ujar Gino disela-sela ia dan rekan-rekannya berlatih pencak silat di Alam Santosa untuk persiapan penampilan esok hari di Balaikota Bandung. (HS)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *