Sistem Penilaian Nasional Perlu Diperbaiki, Tak Hanya Andalkan UN

Sistem Penilaian Nasional Perlu Diperbaiki, Tak Hanya Andalkan UNWacana penghapusan pelajaran agama kembali mencuat setelah pernyataan praktisi pendidikan, Setyono Djuandi Darmono menjadi kontroversi di tengah masyarakat.

Chairman Jababeka itu menyatakan pendidikan agama sebaiknya cukup diajarkan oleh orang tua, atau bisa dengan guru agama di luar sekolah.

Peneliti Pusat Studi Pendidikan dan Kebijakan (PSPK) sekaligus psikolog juga pendiri Keluarga Kita, Najelaa Shihab menanggapi, Indonesia perlu memperbaiki sistem assessment nasional agar Ujian Nasional (UN) tidak menjadi satu-satunya acuan standar kompetensi.

“Kita perlu perbaikan sistem assessment nasional juga secara komprehensif agar memastikan lulusan setiap tingkatan mencapai standar yang diharapkan untuk kompetensi masa depan dan berbagai pekerjaan. Jadi tidak bisa hanya mengandalkan Ujian Nasional dengan kondisinya saat ini,” jelasnya saat dihubungi Kantor Berita RMOL, Minggu (7/6).

Kakak kandung dari Najwa Shihab ini melanjutkan, perbaikan sistem assessment penting untuk menciptakan sistem utuh, dengan tidak hanya menjadikan UN sebagai indikator capaian murid.

“Tapi juga mendiagnosa masalah sejak awal dan diolah datanya dengan baik untuk membuat proses belajar mengajar dengan guru lebih baik,” imbuhnya.

Sistem penilaian yang utuh juga akan menjadi indikator bagi kinerja guru maupun sekolah, yang saat ini dinilai Najelaa belum sesuai yang diharapkan.

“Sekarang kita belum punya cukup indikatornya, hanya berfokus aspek tertentu saja dan banyak berkait administrasi belaka,” terang dia.

Ia yakin perkembangan pendidikan Indonesia akan membaik namun dengan catatan. “Asal kita melakukan akselerasi perbaikan dalam banyak hal,” paparnya.

Selain itu juga perbaikan dijalankan melalui kebijakan lebih baik di tingkat pusat maupun daerah yang didasari data, bukti, juga koordinasi antarlembaga. Kemudian, adanya rencana tata kelola guru baik secara rencana pendek maupun panjang. Dengan begitu, secara kuantitas dan kualitas pendidikan terpenuhi.

“Karena guru adalah kunci dari reformasi pendidikan,” tandasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *