Mbak Tutut Dorong Desa Wisata Warisan Pak Harto Lebih Mandiri

Mbak Tutut Dorong Desa Wisata Warisan Pak Harto Lebih MandiriDesa Wisata Samiran berada di lereng Gunung Merapi, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyoyali, Jawa Tengah. Suhu udara daerah rata-rata 17˚ – 20˚ C membuat terasa sejuk.

Desa Wisata Samiran ini merupakan kawasan wisata yang menawarkan suasana pedesaan dikombinasikan dengan keindahan panorama Gunung Merapi dan Merbabu.

Soeharto dan keluarga Cendana memiliki peranan besar atas perubahan desa yang terletak pada ketinggian di atas 1.000 mdpl ini.

Hampir semua aspek sosial masyarakat tak luput dari perhatian bantuan yang disalurkan melalui Yayasan Dana Sejahtera Mandiri (Damandiri).

Maka saat putri dan cucu Presiden RI ke 2 itu hadir, sambutan merah ditunjukkan warga setempat. Putri sulung Soeharto, Siti Hardiyanti Rukmana atau Mbak Tutut, Siti Hutami Endang Adiningsih (Mbak Mamiek) beserta Eno Sigit dan Ketua Yayasan Damandiri Subiakto Tjakrawerdaya mengunjungi desa wisata Samiran.

“Sudah tahu siapa yang datang?” tanya Subiakto kepada ratusan warga yang berkumpul di Waroeng Damandiri Desa Samiran, Kamis (28/2).

“Mbak Tutut,” ada juga yang menjawab “Mbak Mamiek.” Sahutan mereka seakan menunjukkan sudah kenal dan merasa sebagai keluarga dekat.

Sebenarnya apa saja yang sudah dilakukan Harto dan putra-putrinya di Samiran? Mawardi mengatakan sangat banyak. Bukan hanya uang tunai, tapi juga ada program berkelanjutan yang memicu kemandirian desa.

Jika masyarakat sebelumnya banyak yang berprofesi sebagai petani dan peternak, kini condong pelaku wisata. Sawah, tegalan dan ternak memang masih, tapi dikelola lebih profesional untuk desa wisata.

Bantuan pelatihan menjadi kuncinya. Cukup itu saja? Tidak. Bantuan yang diberikan juga berupa bedah rumah untuk homestay 10 rumah, bedah rumah menjadi warung ada 10 unit, taman Merapi Garden, pelatihan UMKM, lantainisasi rumah prasejahtera 70 KK, gedung untuk PAUD, termasuk bantuan untuk keluarga prasejahtera.

Kehadiran Mbak Tutut lagi-lagi membawa bantuan dan sejumlah program. Bantuan bedah rumah menjadi homestay 23 unit, bibit pohon alpukat 2.500 buah, lantainisasi 35 rumah, pembangunan 35 jamban, beasiswa bagi 61 anak PAUD, dan tabungan kredit amal sejahtera yang sejauh ini sudah mencapai Rp 668 juta.

Namun, Mbak Tutut berharap desa Samiran tak hanya berhenti pada status desa mandiri.

“Kotoran sapi bisa jadi biogas untuk kompor dan listrik, sisa kotoran bisa jadi pupuk. Kencing sapi bisa jadi pestisidanya. Maka bisa menjadi desa mandiri energi pula,” kata Mbak Tutut saat berbincang dengan sejumlah warga setempat.

Untuk mendorongnya, desa Samiran diberikan instalagi pengolahan limbah ternak menjadi biogas. Selain itu juga ada bantuan pupuk pestisida berteknologi nano.

Bendahara Koperasi Pemasaran Sahabat Damandiri Sejahtera, Rina Agustina mengatakan perkembangan desa wisata Samiran sudah sangat signifikan. Saat akhir pekan jumlah pengunjung mencapai 200-an orang.

Awal yang sangat bagus bagi Waroeng Damandiri yang didirikan tahun 2017 itu.

Warung-warung masyarakat semakin mengeliat, demikian halnya dengan kesenian masyarakat yang mendukung kemajuan desa wisata Samiran.

“Kehadiran Mbak Tutut dan Mbak Mamiek murni ingin membantu Bapak Ibu warga Samiran agar desa bisa mandiri dan kesejahteraan semakin meningkat,” tutur Subiakto yang merupakan menteri di era Soeharto.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *