Ekspor dari Jawa Barat Harus Usung Industri Strategis

Ekspor dari Jawa Barat Harus Usung Industri StrategisPada tahun 2020 dan tahun selanjutnya, ekspor-ekspor yang berasal dari Jawa Barat lebih mengusung industri-industri strategis, seperti industri agro, maritim, dan industri kreatif.

Hal itu diungkapkan oleh Ketua Dewan Pengurus Daerah (DPD) Gabungan Pengusaha Ekspor Indonesia (GPEI) Jawa Barat, Abdul Sobur kepada para awak Media di sela-sela Seminar Industri Unggulan Ekspor Jawa Barat yang bertajuk, “Memperbaiki Daya Saing Sektor Industri Strategis Guna Peningkatan Ekspor Nasional” di Hotel Prama Grand Preanger, Jalan Asia Afrika, Bandung, Kamis, (21/2).

“DPD GPEI Jabar ingin lebih mendorong industri-industri strategis seperti industri agro, maritim, dan kreatif agar lebih bernilai tambah, Seperti diketahui, ekspor nasional didominasi Jawa Barat, disusul Jawa Timur dan Jawa Tengah,” ungkapnya.

Lebih lanjut Abdul Sobur mengungkapkan, masih ada beberapa sektor yang impornya masih besar seperti, industri otomotif, dan industri farmasi. “Jadi walaupun volumenya tidak besar, namun Added Value industri-industri strategis tinggi, jadi hal itulah yang akan DPD GPEI Jabar canangkan di tahun depan dan tahun seterusnya,” tegasnya.

Abdul Sobur menjelaskan, daya saing adalah persoalan bagaimana kita berhadapan dengan bangsa-bangsa di negara lain, “Saat ini Indonesia relatif kalah dari segi ekspor, buktinya kita masih di bawah Vietnam dan Malaysia, hal tersebut terjadi dikarenakan beban biaya di Indonesia lebih tinggi, padahal untuk kualitas produk, Indonesia punya peluang,” ungkapnya.

Abdul Sobur mengungkapkan, Jawa Barat saat ini menjadi basis industri kreatif nasional, yang unggul di industri agro, karena alam di Jawa Barat amatlah subur.

“Namun dalam persaingan global tidaklah mudah ketika berhadapan dengan Vietnam, Malaysia, dan bangsa-bangsa lain, karena bangsa lain bisa menekan biaya produksi dan biaya logistik, sehingga mereka bisa Running di pasar dunia,” ungkap Abdul Sobur.

“Indonesia saat ini masih menempati urutan 29 dari total negara-negara eksportir di dunia, masih jauh di bawah Chechnya, Vietnam, dan Malaysia, tetapi sedikit di atas Filipina dan Singapura,” ungkap Abdul Sobur.

“Indonesia masih kalah jauh bila dibandingkan dengan China, Amerika, Jepang, Korea, Jerman dan Italia yang ekspornya sangat tinggi,” ungkap Abdul Sobur.

“Namun untuk Industri Agro, seharusnya Indonesia berada di urutan 3 dunia, karena negara yang memiliki hutan tropis terbesar di dunia hanya 3 negara, yaitu Brazil, Zaire, dan Indonesia,” ungkap Abdul Sobur.

“Kita lihat Indonesia adalah penghasil kayu, rotan dan turunannya yang pertumbuhannya paling cepat dibandingkan negara-negara Eropa, sebagai contoh, pohon di Indonesia bisa tumbuh dan dipanen hanya dalam waktu 4 hingga 20 tahun, sedangkan di Eropa yang memiliki empat musim, pohon baru bisa dipanen setelah berumur 80 tahun,” ungkap Abdul Sobur.

“Maka industri agro, industri maritim, dan industri kreatif di Jawa Barat akan kita dorong menjadi industri strategis, contohnya industri alas kaki, tekstil, dan garmen pertumbuhannya luar biasa di kota Bandung,” kata Abdul Sobur.

“Saat seminar tadi saya mendengar pihak Bea Cukai ada optimisme dan memiliki 10 strategi untuk bisa mendorong pertumbuhan ekspor di Indonesia, diantaranya menekan biaya yang tidak perlu, serta penimbunan barang logistik di suatu kawasan yang selama tiga tahun bisa tidak dikenakan pajak, dan bagi perusahaan yang berorientasi ekspor hal seperti itu bisa menguntungkan, karena bisa tidak dikenakan pajak sebesar 12 persen, sehingga perusahaan memiliki daya saing,” ungkap Abdul Sobur.

“Sedangkan dari pihak Perhubungan saya dengar akan ada 600 pelabuhan dan 30 pelabuhan utama di Indonesia, seperti diketahui saat ini Indonesia hanya memiliki 4 pelabuhan utama yaitu, Tanjung Priok, Tanjung Perak, Tanjung Emas, dan Belawan, mana bisa bersaing dengan masyarakat global, bahkan pelabuhan di Indonesia belum masuk ranking dunia, padahal laut kita paling luas di dunia, Untuk transportasi laut, Indonesia juga belum memiliki kapal-kapal hebat, cepat, dan besar,” ujarnya.

“Namun saya mengapresiasi pihak Bea Cukai dan Perhubungan yang berupaya mereduksi beban-beban biaya agar eksportir dapat bersaing lebih kompetitif dan daya saing menjadi lebih kuat, tinggal pihak Pengusaha yang harus memilih produk-produk strategis mana saja yang akan diekspor, dan jangan memproduksi barang-barang yang tidak akan menang dan bersaing di pasar dunia seperti memproduksi pesawat yang hanya akan memboroskan anggaran secara besar-besaran, cukup kita hanya memproduksi komponen pesawat saja,” tegas Abdul Sobur.

Abdul Sobur berharap kebun kopi di Jawa Barat diperluas. “Bila kebun kopi diperluas, maka akan dapat meningkatkan ekspor kopi, namun mungkin karena Jawa Barat memiliki lahan yang luas dan bagus, membuat kita menjadi tidak kreatif,” pungkasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed