Hadapi Flu Burung dan Penyakit Infeksi Lain Sama Seperti Bencana

Hadapi Flu Burung dan Penyakit Infeksi Lain Sama Seperti BencanaBencana seperti gunung meletus, banjir, atau gempa mudah menarik perhatian masyarakat karena dampaknya terasa begitu besar dalam waktu singkat. Terkait hal tersebut sebetulnya ada juga bencana lain yang tidak kalah mengancam namun sering terabaikan oleh berbagai pihak yaitu wabah penyakit infeksi dan zoonosis.

Penyakit seperti flu burung, zika, ebola, atau rabies biasanya baru menjadi perhatian serius ketika sudah muncul banyak kasus di beberapa daerah. Bila demikian artinya bencana sudah terjadi dan akan lebih sulit menghentikan penyebaran daripada saat melakukan tindakan pencegahan.

Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner (Kesmavet) Kementerian Pertanian drh Fadjar Sumping Tjatur Rassa, PhD, menyebut sudah saatnya perlu ada upaya kolaborasi lintas sektor. Ancaman wabah penyakit infeksi harus dihadapi sama seriusnya seperti bencana alam.

Untuk itu belakangan diluncurkan program One Health melibatkan Kementerian Pertanian, Kementerian Kesehatan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, serta Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi. Tujuannya untuk menyelaraskan upaya koordinasi dan komunikasi menghadapi ancaman wabah penyakit.

“Ya ini upaya yang sudah dilakukan untuk bagaimana melakukan pencegahan, kemudian bagaimana menghadapi kejadian, lalu setelahnya. Jadi kita mengantisipasi kondisi itu,” kata drh Fadjar ditemui dalam peluncuran dokumen OneHealth di Hotel Aston, TB Simatupang, Jakarta Selatan, Selasa (29/1/2019).

“Bencana alam di Indonesia memang kejadiannya cukup tinggi, tapi bencana non-alam juga enggak kalah penting bila terjadi… Penyakit baru, contoh flu burung dulu sudah ada sejak tahun 2003 tapi ternyata tahun 2012 kita menemukan flu burung yang baru. Nanti kemungkinan penyakit lain bisa saja suatu saat seperti itu,” lanjutnya.

Program OneHealth ini didukung oleh Food and Agriculture Organization (FAO) dan United States Agency for International Development (USAID).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *