Aksi Kamisan Bandung ke-263, Gugat Peredaran Buku

Aksi Kamisan Bandung ke-263, Gugat Peredaran BukuAksi.co – Cuaca mendung nan gerimis pada Kamis sore, tak menyurutkan peserta Aksi Kamisan ke -263 di halaman depan (luar) Gedung Sate. Diketahui ini lokasi Gubernur Jabar, Ridwan Kamil berkantor. Faktanya sore itu puluhan aktivis kemanusiaan menggelar protes – di jaman kiwari, koq masih ada pelarangan peredaran buku, tersebab hanya tak sejalan dengan jalan pikiran para penguasa?

Acap beberapa peserta Aksi Kamisan ini mengumandangkan protesnya. Ini katanya, terkait maraknya sejumlah buku diamankan oleh pihak pengaman di daerah tertentu.

Masih di lokasi yang merupakan salah satu spot kepariwisataan di Kota Bandung, sore itu ada peserta yang menulis dengan batang kapur warna warni di aspal.

“Mengapa kita harus takut dengan buku? Justru yang harus kita takutkan, nanti makin tumpul dan bebal karena tak mampu memahami pesan bermutu di buku itu?” demikian celoteh dari seorang peserta dengan suara lantang.

Ada pula peserta yang mengaku bernama Upil selaku representasi mahasiswa dari beberapa perguruan tinggi di Bandung dan sekitarnya:

”Semoga, kita makin bijak, tidak semata karena atas nama keamanan dan ketertiban umum, sejumlah buku diberangus tanpa alasan jelas.”

Ujaran Deni Rahman

Aksi yang oleh banyak orang kala itu ditafsir serba muram, dalam prakyiknya dibumbui aksi simbolisasi – beberapa peserta membaca penuh penghayatan aneka buku, plus masing-masing dengan tingkahnya sambil menari. Lalu, seketika semua pembaca buku itu secara simbolis ditutup matanya oleh seseorang dengan sebebat kain hitam:

“Nah, beginilah jadinya apa itu clearing house (lembaga pelarangan?) di negara kita sejak jaman 1960-an hingga sekarang masih bekerja? Melarang orang membaca buku, karena isinya tak sejalan dengan penguasa?” seru seorang peserta yang matanya terbebat kain hitam, sementara lembaran terbuka buku itu masih ditangannya – tak bisa dibaca.

Belakangan Koordinator Aksi yang bernama Deni Rachman, sambil memberikan lembaran berisi keprihatinan atas maraknya aksi pemberangusan buku akhir-akhir ini, oleh kalangan tertentu:

“Semoga siapa pun melihat aksi kami, tergugah menghentikan aksi pemberangusan buku. Sudah bukan jamannya lagi, membungkam buah pikiran manusia, tanpa alasan jelas. Kecuali demi melanggengkan kekuasan?!”

Entah kebetulan atau tidak seorang pengunjung di halaman Gedung Sate, ditelisik ia asal daerah Kabupaten Garut. Jajang Endang (31) identitasnya, ia rupamya tampak terkesima dengan pesan Aksi Kamisan kali ini.

“Oh, rupanya masih ada pihak tertentu, menyoal buku sastra, filsafat, dan politik di negeri ini, dengan tak berimbang? Kalau keberatan, bukankah bisa dilawan denga buku tandingan yang lebih dalam dan obyektif? (HS)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *