Dilahirkan dan dibesarkan dilingkungan keluarga seniman musik tradisi Sunda, tentu saja membuat Neneng Fitri sejak bocah sudah akrab dengan musik tradisi Sunda.
Ayahnya, mendiang Uking Sukri, adalah seniman musik tradisi Sunda terkemuka yang pernah manggung di Inggris bersama musisi jazz kondang mendiang Buby Chen.
Pada usia 8 tahun, artis bernama lengkap Neneng Sufitriyani ini sudah masuk dapur rekaman. “Isinya lagu-lagu pupuh untuk anak SD,” ucapnya kepada Aksi.co beberapa hari yang lalu.
Sampai sekarang, pada usianya yang sudah menginjak angka 43 tahun, Neneng sudah merilis puluhan album musik tradisi Sunda dan Pop Sunda. “Jumlahnya tidak ingat persis,” katanya dibarengi senyum. Karyanya yang teranyar adalah album Pop Sunda bertajuk “Lain Duriat”.
Neneng terus berkarya walau pun situasi dan kondisi industri musik Pop Sunda tidak seindah sebelum datangnya era digital dimana pola bisnis musik berubah total. Dulu bisa mengandalkan penjualan fisik, sekarang penjualannya dalam format digital.
“Saya juga tahu soal itu. Sebagai produser tentu berat. Tapi di sisi lain, saya ini seniman, saya mendedikasikan hidup untuk seni. Kalau sudah bicara seni, bicara rasa, bicara kepuasan, tentu uang tidak berada diatas segalanya. Saya merilis album untuk menyemarakan Pop Sunda, untuk memenuhi kerinduan fans dan kerinduan saya sendiri, karena saya sudah sembilan tahun tidak merilis album,” kata Neneng, artis Kota Bandung yang hijrah ke Kota Bekasi.
“Proses pembuatan album ini sudah dimulai beberapa tahun yang lalu,” lanjut Neneng, “dan baru dirilis tahun 2019 karena keterbatasan waktu, untuk bertemu dengan tim di Bandung agak susah. Membuat album itu juga ibadah, kalau ibadah tidak ada istilah berat, yang ada ada senang aja, senang karena saya dan para seniman yang tergabung di dalam pembuatan album ini, masih bisa berkarya. Semoga Allah Swt memberikan kelancaran dan album Lain Duriat ini dapat terima oleh masyarakat….,”.
Yosie Wijaya
