Polemik Program Citarum Gagal Versi Ridwan Kamil, ini Kata Eka Santosa

Polemik Program Citarum Gagal Versi Ridwan Kamil, ini Kata Eka SantosaAwal tahun 2019 di Jawa Barat muncul polemik, revitalisasi Sungai Citarum yang dianggap vital menghidupi puluhan juta penduduk pulau Jawa dan Bali, pun sudah ‘memakan korban’ beberapa gubernur Jabar dalam hal kepemimpinan dan puluhan triliun rupiah ABPN dan APBD, bak tiba-tiba dianggap gagal.

Reaksi atas polemik revitalisasi Sungai Citarum yang dikatakan ‘gagal’ ini, salah satunya Ketua Dewan Pengawas Yayasan Citarum Harum, Profesor Dini Dewi Heniarti, menyesalkan statemen Gubernur Jabar Ridwan Kamil. Ini menyoroti bahwa Program Citarum Harum gagal diakibatkan faktor kepemimpinan sehingga elemennya tidak kompak.

Jelasnya statemen ini dimuat di Harian Umum Pikiran Rakyat (30/12/2018) dengan tajuk ‘Citarum Harum Belum Kompak’. “Penyataan Emil (Ridwan Kamil) selaku Gubernur Jawa Barat sangat tidak bijak dan sangat disayangkan, karena pernyataan itu sangat mengusik perasaan pegiat lingkungan yang terdiri dari berbagai elemen. Bahkan bisa menimbulkan kegoncangan kosmik,” ujarnya saat diwawancarai pewarta Harian Umum Pikiran Rakyat pada Senin 1 Januari 2019.

Seturut polemik ini, menurut Eka Santosa, Ketua Umum Gerakan Hejo yang selama ini memberi perhatian khusus atas kerusakan lingkungan di Jabar yang dalam 10 tahun terakhir sudah layak dikatakan sebagai ‘darurat lingkungan’. Dan mendorong dengan rasa ‘frustrasi’ (Gerakan Hejo) hanya pemerintah pusatlah yang mampu menangani Sungai Citarum:

“Saya kira bila Citarum Harum dikatakan gagal itu, itu terlalu dini. Programnya kan 7 tahun sejak Maret 2018, dengan penanganan langsung Presiden. Gerakan Hejo termasuk yang menginisiasi sungai ini harus ditangani pusat atau Presiden Langsung. Kalau sekarang ada polemik ini, mungkin narator maupun narasinya yang gagal paham memaparkan konteks dialog ini,” papar Eka yang ditemui di Kawasan Eko Wisata dan Budaya Alam Santosa di Cimenyan, Pasir Impun Kabupaten Bandung (3/1/2019).

Lebih lanjut menurutnya, sudahilah polemik ini dengan segera:”Mari kita fokus ke kerja-kerja di lapangan. Perihal ada fenomena ketidakkompakan, sehingga ada label Sungai Citarum sebagai ‘sungai terkotor sedunia’, justru ini yang harus kita eliminasi dengan segera,” ujarnya yang dalam minggu-minggu terakhir sedang benkonsentrasi mengimplementasikan mesin pemusnah sampah ramah lingkungan di bantaran Sungai Citarum. (HS/MG)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *