Melestarikan Kekayaan dan Keindahan Budaya NTT Menuju Indonesia Mandiri

Melestarikan Kekayaan dan Keindahan Budaya NTT Menuju Indonesia MandiriDalam rangka hari ulang tahun Nusa Tenggara Timur (NTT) ke 60 pada tahun 2018 ini, Dinas Kebudayaan Provinsi NTT menggelar Seni Pertunjukan Akbar dengan tema “Negeri 1.000 Moko” di Atrium Lippo Plaza Kupang, pada Sabtu, 15 Desember 2018. Seni pertunjukkan akbar ini akan menggambarkan keindahan budaya daerah NTT secara umum, dan eksotika pulau Alor secara khusus, mulai dari tenunan, tari-tarian, gambaran potensi alam seperti kenari, keindahan pulau dan laut, lagu dan syair adat, termasuk eksistensi benda pusaka moko, dan lain sebagainya. Acara dibuka dengan paduan suara dari SMA Negeri 4 dengan memainkan alat musik khas Pulau Rote, NTT, yaitu sasando.

Seni pertunjukkan akbar yang berlangsung satu hari penuh  ini dimeriahkan juga dengan Workshop Fashion & Model Tenun NTT yang dibawakan oleh istri Gubernur NTT Julie Sutrisno Laiskodat, lalu pagelaran aksi tenun dari SMK Negeri Kupang, lomba fashion show NTT Next Top Model, serta berbagai pertunjukkan kebudayaan lainnya khas NTT mulai dari tari-tarian, pakaian adat, alat musik, dan lagu yang dibawakan lebih dari 20 sanggar seni lokal.

Melalui kegiatan ini diharapkan dapat memupuk rasa kecintaan dan pelestarian budaya NTT khususnya kepada generasi muda, memotivasi para pengrajin (penenun) NTT untuk terus mengembangkan usaha dan kreativitasnya, guna mendukung visi dan misi pemerintah provinsi NTT untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pembangunan pariwisata. Era modernisasi tentunya menjadi tantangan bagi eksistensi kebudayaan lokal. Upaya kreatif semacam ini dapat menjadi salah satu cara yang cukup efektif bagi segenap elemen masyarakat secara bergotong royong mendekatkan kebudayaan lokal dengan generasi masa kini.

Ratusan penonton mulai dari anak-anak, remaja, hingga orang tua memadati lokasi kegiatan dari pagi hingga malam hari. Rasa bangga mereka terpancar tiap kali kebudayaan NTT ditampilkan diatas panggung dengan riuh tepuk tangan yang menggelora. Hadir di tengah-tengah penonton, dalam puncak acara ini pula Dr. Haswan Yunaz, M.Si., Staf Ahli Kemenko PMK RI, dan Sinun Petrus Manuk, Kepala Dinas Kebudayaan NTT.

Secara khusus Sinun Petrus Manuk juga mengucapkan apresiasinya kepada Kemenko PMK RI atas dukungan yang diberikan oleh Menko Puan Maharani melalui tim untuk berkolaborasi bersama menyelenggarakan kegiatan ini. “Acara berlangsung meriah, kita berhasil membuktikan tenun sebagai salah satu warisan budaya NTT tidak hanya ada di sudut desa tetapi kita hadirkan juga di pusat kota ini,” tutur Sinun Petrus Manuk. Beliau juga menegaskan bahwa tenun itu penting untuk hajat hidup orang banyak. “Selain nilai ekonomi, tenun juga memiliki nilai sosial yang tidak pupus sepanjang hidup,” ungkapnya.

Sebagai komitmen pemerintah pusat, Haswan Yunaz menggarisbawahi, “Kita akan mengundang kementerian dan lembaga terkait di pusat mulai untuk menyatupadukan program supaya fokus pada pemberdayaan ekonomi desa yang dikaitkan dengan produk wisata.” Hal ini guna mendukung juga tujuan utama pemerintah dalam perlindungan, pelestarian, dan pemanfaatan budaya secara berkelanjutan sehingga tidak hanya menjadi kegiatan seremoni tetapi jelas mewujudkan kemandirian Indonesia melalui berbagai kearifan lokal. Haswan Yunaz menambahkan, “NTT memiliki keragaman yang sangat tinggi tetapi kedamaian cukup terjaga. Ini cerminan program Indonesia Mandiri, Indonesia Bersatu, Indonesia Tertib, semuanya ada di sini.”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *