Film Boundless Love, Produksi Indonesia & China

Film Boundless Love, Produksi Indonesia & ChinaPaparan bernuansa filosofis, memaknai pentingnya persahabatan antara dua negara Indonesia dan Tiongkok, dikumandangkan bintang fim senior Ray Sahetapi.Terjadi kala digelar konperensi pers di Jl Kencana No 3 Kota Bandung (8/1/2018). Insan pers hari itu, diberi akses ke ‘dapur’, dan lokasi pengambilan gambar di kota Bandung, selain di Palembang dan Jakarta. Fim spesial berbalut asmara warganya antar dua negara, bertajuk Boundless Love.

“Bangsa kita itu kaya. Jangan seperti utara memandang selatan. Harus juga, berani sebaliknya. Ini ibarat Bhineka Tunggal Ika, berbeda-beda tetapi satu,” kata Ray.

Sepertinya, Ray ikut terhanyut secara intensif atas produksi film antara dua negara, walaupun dibuat berlandaskan azas B to B – “Inilah kekayaan bangsa kita. Dunia harus tahu, melalui film Boundless Love karya dua bangsa RI dan China. Indonesia itu amat kaya …dan orangnya senang bersahabat. Dahsyat kan?”

Tepatnya paparan di atas dilontarkan Ray, kala digelar konperensi pers di Jl Kencana No 3 Kota Bandung (8/1/2018). Para pewarta diberi akses melihat ‘dapur’, dan lokasi pengambilan gambar di kota Bandung. “Ini selain di Palembang dan Jakarta. Tayangnya, nanti akhir 2018,” tutur pemandu acara ini.

“Ini ke-46 kalinya bongkar pasang skrip, tiga kali saya bolak-balik di dua negara. Ini bukan film drama komersial biasa, nanti hasilnya selama 90 menit akan spesial. Pertama, diikursertakan ke Cannes Film Festival (Perancis), dan Sundance Film Festival (Amerika Serikat), di antaranya,” jelas Wing Yiming, sutradara film Boundless Love –“Saya suka akhirnya dengan kuliner dan budaya, juga suasana kota Bandung yang penuh oleh insan kreatif.”

Ikhtisarnya, film ini melibatkan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), Red and White China, serta PT. Kamala Media Cipta. Katanya, ‘gambar hidup’ ini mengungkap kisah seru, berbalut asmara antara wanita Indonesia, dengan pria asal China. Sang pria China ini diangkat dari kisah nyata, teknisi yang bekerja di Proyek PLTU di Palembang. Teknisi ini berkiprah di anak perusahaan Shenhua Group di Indonesia, yakni PT. GH EMM.

Pemilihan lokasi syuting di Palembang, menurut pemandu film ini, dianggap sebagai promosi kota, penyelenggara Asian Games 2018.

“Kota Bandung dipilih, karena kaya nuansa. Contoh, bangunan tua (heritage) di Jl. Kencana No.3 tidak ada duanya. Belum lagi PM Chou En Lai tahun 1955, pernah berkunjung dalam rangka Konperensi Asia Afrika,” kata Wing Yiming melalui penerjemahnya.

Para Bintang itu

Setidaknya ada 50 pemain film, masing-masing 25 setiap negara. Film ini menelan biaya Rp 4 M. Terdapat gemerlap nama-nama bintang film dari Indonesia selain Ray Sahetapi sebagai Ayah (Budi), ada Putri Ayudya sebagai Nova, dan Nungki Kusumastuti sebagai Ibu (Duma). Lainnya, ada Otig Pakis sebagai Hendra, Ade Firman Hakim sebagai Adi, dan Maryam Supraba sebagai Anna.

“Di film kami berperan sebagai keluarga warga Batak yang tinggal di Palembang,” jelas Ray saat memperkenalkan apa dan siapa pemerannya.

Sekilas tentang sutradara Wang Yimin, ia telah meraih lebih dari 60 jenis penghargaan di dalam dan luar negaranya sendiri. Sebagian itu, antara lain sutradara terbaik kategori film berbahasa Mandarin di Miami Film Festival; sutradara pendatang terbaik di China Image Film Festival; film dan naskah terbaik di Berlin Chinese Film Festival.

“Jadi tak sembarangan kan? Film ini di China akan ditonton banyak orang dari negara berpenduduk 1,5 milyar. Belum lagi di Indonesia yang berpenduduk sekitar 260 juta jiwa,” jelas pemandu konpers ini, ketika meringkas penjelasan Wang Yimin dan pemeran China lainnya.

Ada Kota Bandung…

Menarik disimak, saat konpers hadir Kadisbupar Kota Bandung Kenny Dewi Kaniasari beserta staf-nya. Menurutnya, ia sangat terbuka dengan bentuk kerjasama ini. Bila Kota Bandung, makin sering digunakan sebagai lokasi syuting film layar lebar.

“Ini membuka peluang bagi banyak pihak. PAD (pendapatan asli daerah) pun bertambah,” tuturnya sambil menambahkan – “Di film ini saja ada 250-an orang warga lokal terlibat. Belum lagi job creator lainnya, pasti akan bermunculan.”

Masih menurut Kenny yang selama di Jl. Kencana No 3 sempat berkeliling lokasi syuting dan berkenalan dengan para pemain serta crew film:”Kesediaan kota Bandung untuk hal ini, beberapa waktu lalu sudah diperluas hingga ke 5 kawasan di sekitarny. Kini, sudah mencakup Bandung Raya.”

Diakui ini kerjasama atau memorandum of understanding film pertama di kota Bandung yang dibantu Bekraf di Jakarta dengan negara China. “Tak menutup kemungkinan, di masa depan cakupannya diperluas ke bidang musik, drama, teater, dan lainnya. Intinya, di tahap awal ini, bagaimana supaya mereka ini betah dan enjoy. (HS)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *