Kodam III Siliwangi Siap Pulihkan Sungai Citarum

Kodam III Siliwangi Siap Pulihkan Sungai CitarumMenjawab tantangan betapa parahnya kerusakan sungai Citarum, tersebab prestasi sebagai sungai “terkotor” dalam satu dekade terakhir, hingga terkenal ke mancanegara. Kodam III Siliwangi dalam beberapa hari ini terjun langsung ke lapangan.

“Action kami utamakan, daripada berbasa-basi. Targetnya, dalam enam bulan sungai Citarum terbebas dari sampah,” papar Kapendam Siliwangi Letkol Desi Ariyanto di salah satu rumah makan di Jalan Cempaka, Bandung, Rabu (29/11/2017).

Desi dengan rinci memaparkan kondisi sungai Citarum yang menurutnya, tercemar limbah kategori berat. Keadaan ini memacu Pangdam III Siliwangi Mayjen TNI Doni Monardo untuk mengembalikan sungai Citarum ke tahap sungai yang bermartabat bagi puluhan juta warga Jawa Barat dan DKI.

“Yakinlah, ini berpengaruh ke kehidupan bangsa dan ketahanan nasional. Kenapa? Karena delapan puluh persen penduduk Jakarta bergantung pada sungai Citarum, yang sebagian mengalir ke sungai Ciliwung. Kalau ini dibiarkan bisa timbul masalah pada makanan dan minuman, terkena racun. Bila tercemar racun, SDM kita pun akan lemah,” tegasnya di hadapan puluhan pewarta yang tampak antusias menyimak paparannya.

Di luar program pembersihan sampah di sungai Citarum, Kodam bersama Polda Jabar, Pemprov Jabar dan elemen masyarakat, serta aktivis lingkungan yang kelak tergabung dalam satgas, akan mengedukasi masyarakat. Melalui cara ini, masih kata Desi:”Masyarakat di sekitar sungai akan sadar, lalu tidak lagi membuang sampah sembarangan ke sungai.”

Hulu Sungai

Menurut Desi yang kerap mempertimbangkan pendapat dan nasihat dari para ahli dan tokoh masyarakat, penanganan terpadu sungai Citarum secara komando, di lapangam hendaknya tidak sekadar wacana.

“Kami sudah terjunkan prajurit TNI di lapangan. Dukungan berbagai pihak pun sudah kami peroleh. Ini momen penting untuk terus ditindaklanjuti agar tak putus di tengah jalan.”

Paling awal telah digarap penanganan hulu sungai yakni di Situ Cisanti. Menurut Desi, kondisi di sekitar Situ Cisanti telah lama terjadi penggundulan, pun alih fungsi lahan menjadi area perkebunan.

“Kondisinya menjadi botak, hutan berubah menjadi perkebunan. Bila dibiarkan, semua akan habis. Tidak ada lagi air terserap. Selanjutnya, eko sistem pun akan terganggu berat,” tutup Desi yang optimis langkahnya akan diikuti banyak pihak. (HS/GUN)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *