Pedagang Pasar Ikan Ciroyom Sambangi HNSI Jabar

Pedagang Pasar Ikan Ciroyom Sambangi HNSI Jabar Adalah tiga pedagang ikan di Pasar Ikan Ciroyom Bandung, katakanlah mereka ini representasi “perintis” untuk pengurus DPC HNSI (Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia) Kota Bandung. Untuk kesekian-kalinya (4/10/2017) kembali menyambangi Sekretariat DPD HNSI Jabar di Jl. Gatot Subroto No. 197 A Bandung. “Kami ingin ada perubahan, demi peningkatan kesejahteraan. Salah satunya ingin ada koperasi yang benar-benar berfungsi untuk 180-an pedagang di Pasar kami,” papar Theo Iskandarsyah yang dicanangkan akan menjabat sebagai Sekertaris bila DPC HNSI Kota Bandung bila terbentuk.

Penerima Theo hari itu Kang Tisna dari Litbang & IT di DPD HNSI Jabar. “Rintisan maksud Pak Theo dan rekan, segera ditindak-lanjuti,” papar Kang Tisna sambil memproses dua nama lainnya – “Sesuai pengajuan ini ada nama Pak Iwan Setiawan dan Pak Ahmad Hasanudin. Ini dicanangkan sebagai ketua dan bendahara.”

Menindaklanjuti partisipasi serius dari Theo dan rekannya, masih di hari yang sama, pada malam harinya tim media dari DPD HNSI Jabar mengunjungi Pasar Ikan Ciroyom. Ditemui di lokasi hadir kala itu Ahmad Hasanudin yang biasa disapa Udin Lauk serta Theo.

“Kebetulan Pak Iwan berhalangan hadir malam ini,” kata keduanya yang sehari-hari berprofesi sebagai pedagang ikan hampir dalam satu dekade ini.

Juntai, 4 Koperasi !

Hasil kunjungan ke “TKP” mengindikasikan, keberadaan koperasi dirasakan perlu beroperasi secara benar:”Sejak dulu, ada empat koperasi. Tahu sendirilah, semua juntai,” papar Udin Lauk dengan nada getir yang diamini rekannya sambil tersenyum kecut.

Menurut riwayatnya, kerjasama antara Pasar Ciroyom dengan PT APJ (Anugrah Parahyangan Jaya) dengan konsesi 20 tahun:”Sekarang tinggal 8 tahun lagi,” ujar Theo yang diiyakan Udin Lauk –“Dulu koperasi KSU itu ada Mitra Niaga, Losari, Kusuma, dan Bina Sejahtera. Nah, sekarang hanya ada KSU Sauyunan. Yang terakhir ini, dikelola seadanya saja. Asal hiduplah …”

Lebih jauh, menurut keduanya tanpa koperasi yang benar, banyak hal yang seharusnya ditanggulangi dalam permodalan, peningkatan usaha –“Mandek jadinya, kekuatan pedagang dimata pengepul yang rata-rata datang dari Losari Cirebon, Indramayu, Pantura, Tegal, juga Pangandaran, sangatlah kecil. Harga ikan dipermainkan, kami bingung. Harga jual pun jadi tinggi tak menentu. Ini bikin repot, kasihan pelanggan kami.”

Cold Storage, Sebatas Angan

Nilai strategis lain apabila para pedagang ikan jenis konsumsi maupun ikan hias di Pasar Ikan Ciroyom bergabung dengan HNSI Jabar, bila ada koperasi yang berbadan hukum – nasibnya bisa berubah. “Kami pun butuh cold storage. Pernah ada selentingan akan ada bantuan dari KKP (Kementerian Kelautan dan Perikanan). Karena tak ada lembaga resmi penerimanya, bablas angine,” terang Udin Lauk mengipas-ngipas badannya bak mencari angin, padahal udara malam itu terasa dingin?!

“Kalau punya cold storage. Waktu ikan melimpah, bisa disimpan. Pun, konsumen diuntungkan karena tersedia ikan setiap saat. Tak terganggu-lah oleh musim,” tambah Theo yang menyebutkan sekitar 30 hingga 50 ton didatangkan setiap hari ikan ke pasarnya, termasuk dari Waduk Cirata dan Saguling yang 30% nya mengisi kebutuhan ikan air tawar –“Omzet harian bisa milyaran rupiah. Bila ada koperasi, akan banyak keuntungan. Kami sadari, kita perlu berorganisasi …”

Tatkala ditanya adakah pembinaan dari dinas koperasi dan dinas perikanan kota Bandung, misalnya ?”Wah, boro-boro. Justru, SDM (Sumber Daya Manusia) kami perlu pembinaan. Dinas Perikanan hanya sekali dua kali memberi bantuan kotak fiber wadah ikan. Setelah itu bablas angine…”, jelas keduanya dengan wajah datar.

“Pihak bank pun, rasanya sungkan datang ke tempat kami. Paling hubungannya perorangan. Beberapa bank pernah datang, setelah itu tak muncul. Ya, bablas lagi angine,” seru Udin Lauk sambil menyeruput kopi susu di malam yang dingin menusuk tulang di pojok sebuah warung di pasar ini yang tampak becek –“Beginilah kondisi pasar ini dari tahun ke tahun. Katanya, ini salah satu pasar utama di Bandung. Butuh peningkatan biar lebih pantas …”

Disinggung rencana HNSI Jabar dengan Pemkab Bandung, dan KKP yang akan merealisasikan pasar ikan higienis berkelas “dunia” di daerah Cingcin dekat Tol Soroja, yang pembangunannya dimulai pada 2018:”Waduh, itu yang kami inginkan biar kita bisa berkompetisi dengan baik. Saatnya, kita harus menata pasar ikan lebih professional. Jangan hanya waktu orasi mau Pilkada, Pigub, atau Pilpres saja,” papar keduanya dengan penuh semangat.

Tindaklanjut Aspirasi

Sesaat reportase ini ditulis, H Nandang A Permana, Ketua DPD HNSI Jabar sempat dikontak per telepon. Kebetulan, hari itu ia sedang di Jakarta, dalam kaitan menghadiri Rapim DPD dan DPP HNSI:”Saya dan jajaran, menyambut baik aspirasi para pedagang ikan di Ciroyom juga pelaku bisnis ikan di Jabar. Secepatnya, apa yang dibahas dalam yapertemuan dan hasil kunjungan ini akan ditindak-lanjuti.”

Diketahui dari 27 kota dan kabupaten di Jabar yang saat ini terdaftar, ada sekitar 160 ribu nelayan tangkap dan budi daya aktif. Realitasnya, belum semua terakomodir aspirasinya.

“Ini PR (pekerjaan rumah) besar kami dalam kepengurusan di organisasi profesi ini yang sempat vakum beberapa tahun. Semoga, masukan dari pelaku bisnis ikan ini, dapat memperkaya kami untuk pembuatan keputusan di lapangan,” tutup Nandang dengan optimis. (HS/SA)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *