Rita Tila Tampilkan Kesenian Sunda di 4 Benua

Rita Tila Tampilkan Kesenian Sunda di 4 Benua
Rita Tila, Toronto, Kanada

Tatkala pertama kali manggung sebagai sinden alit, saat masih berusia 10 tahun, Rita Tila tak pernah membayangkan suatu saat kelak ia akan melanglangbuana berkat kepiawaiannya sebagai seniwati Sunda.

Tahun 2001, tatkala sang sinden remaja asal Sukabumi ini masih menuntut ilmu di SMKI Bandung (sekarang SMKN 10), datang peluang pertama ke mancanegara. “Saya menjadi juara Pasanggiri Lagu Piala Titim Fatimah, dan sebagai bonusnya saya diikutsertakan dalam misi kebudayaan ke Thailand. Disana saya menyanyi dan menari. Saya menyanyikan lagu buhun Bangbung Hideung dan Seunggah. Saya juga membawakan Tari Sonteng dengan lagu Seunggah, dan Tari Punggawa dengan kostum pria,” papar artis cantik kelahiran 1984 ini.

Ditanya perasaannya ketika pertama kali manggung di luar negeri, pemilik hidung bangir ini mengatakan, “Tentu saja sangat bangga dan sangat bahagia. Banyak pengalaman yang bisa menjadi bekal saya sebagai pelaku Seni, karena selama di Thailand bisa berinteraksi dengan seniman dari berbagai negara. Selama di Thailand saya tampil di festival international Seni pertunjukan boneka atau puppet. Kalau di kita wayang goleklah atau wayang kulit,”.

Sejak itu Rita terus melesat, pemilik mata indah ini setiap tahun manggung di luar negeri.

“Manggung di luar negeri mengasyikan, antusiasme mereka kepada musik tradisi Sunda begitu tinggi,” ucap seniwati yang sedang mengikuti program Magister di ISBI Bandung.

Tak hanya menyanyi. Rita pun kerap diundang untuk mengajar musik tradisi Sunda di Amerika Serikat. Tak hanya mengajar teknik vokal tapi juga berbagai instrumen musik Sunda. “Alhamdulillah, saya bisa memainkan semua alat musik tradisi Sunda,” ujarnya dibarengi senyum manis.

Dari Emory University (Atlanta, Georgia, USA) Rita mendapat piagam sebagai pemberi nama kepada seperangkat gamelan Sunda baru. “Gamelan itu saya beri nama Nyi Mandala Sari,” kata Rita.

Melanglangbuana pun menjadi aktifitas rutin Rita. “Alhamdulillah, saya setiap tahun perform di luar negeri. Saya bangga sudah menyuguhkan Kesenian Sunda di empat benua. Asia, Australia, Amerika dan Eropa. Yang paling sering ke Australia. Hanya ke Benua Afrika yang belum pernah,” papar artis yang ramah ini.

Aktivitas mancanegaranya yang teranyar adalah tampil di Indonesia Street Festival yang digelar oleh Konjen RI di Toronto, Kanada. “Saya disana nyinden, nyanyi Pop Sunda, main gamelan. Lagu Pop Sunda nya Tepung di Panggung, nyinden jaipong Tari Sonteng, Doger Kontrak, Tari Gawil. Saya manggung dengan tim ISBI Bandung, ” paparnya kepada wartawan Aksi.co.

Diva Pop Sunda

Kemudian, langkah Rita pun melebar ke jalur Pop Sunda. Di kancah Pop Sunda, popularitasnya diraih lewat lagu romantis “Teuteup Jeung Imut” karya maestro musik Sunda mendiang Nano S yang dirilis pada tahun 2002.

Dewi Fortuna sepertinya enggan menjauh dari Rita. Popularitasnya di jalur Pop Sunda kian menanjak, sehingga kalangan pers pun menempatkannya di kelas Diva.

Sinden

Tapi, dimana sesungguhnya Rita berpijak? Dimana sejatinya Rita berdiri? Genre musik yang mana yang akan menjadi pangbalikannya kelak?

Dihadapkan dengan pertanyaan-pertanyaan seperti itu Rita menjawab tegas, “Saya boleh saja disebut artis Pop Sunda. Silahkan saja saya ditempatkan di deretan Diva Pop Sunda, tapi Rita Tila tetap seorang sinden. Darah Daging Rita Tila, nafas Rita Tila, tetap musik tradisi Sunda. Ibu saya, seniwati yang menjadi guru pertama saya, adalah sinden. Darah yang mengalir di tubuh saya adalah Darah sinden. Musik tradisi Sunda adalah tempat dimana kelak saya akan pulang setelah mengembara kemana-mana,”.

Yosie Wijaya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *