Program Pop Sunda “Hariring” besutan TVRI Jabar pertama kali diluncurkan September 2011. Dirintis oleh Bahrudin dan Doddy BR, “Hariring” merupakan sebuah produk ide bersama birokrat TVRI Jabar dengan seniman. Seiring perjalanan waktu, “Hariring” pun kian eksis.
Nama “Hariring” yang artinya “Senandung” merupakan ide Abah Odoy, seorang musisi tradisi Sunda senior. Ketika TVRI Jabar beberapa tahun yang lalu masih memakai jasa surveyor media AC Nielsen, rating “Hariring” selalu berada di peringkat atas.
“Jika tidak peringkat satu ya peringkat dua atau tiga. Hariring selalu berada di tiga teratas,” jelas Bahrudin, mantan Produser Pelaksana “Hariring”.
Kondisi sekarang pun sama. Menurut Riyanto Budi Raharjo, Kepsta TVRI Jabar yang baru menjabat Mei 2017, di wilayah program seni budaya, “Hariring” tetap berada di peringkat atas bersama program “Wayang Golek”.
“Hariring tetap eksis tentu karena adanya dukungan yang kuat dan sepenuh hati dari para seniman musik Sunda, dan dukungan dari masyarakat pecinta musik Sunda,” ucap Riyanto ketika beberapa waktu lalu ditemui oleh wartawan “Aksi” di ruang kerjanya.
Ruang Ekspresi & Ruang Gaul
Dalam pengamatan wartawan “Aksi”, “Hariring” sudah bermetamorfosa. Bukan lagi sekedar sebuah program hiburan TV atau sebuah tayangan seni budaya, tapi sudah menjadi semacam ruang gaul, ruang ekspresi, dan ruang silaturahmi.
Lewat “Hariring”-lah para seniman Pop Sunda memerkenalkan karya-karya terbaru mereka. Lewat “Hariring”-lah para artis Pop Sunda pemula memperkenalkan diri mereka. Semua berekpresi lewat “Hariring”.
Shooting day “Hariring” pun menjadi ajang gaul dan silaturahmi. Tengok saja setiap shooting day “Hariring”. Sosok seniman yang hadir bukan hanya para pengisi acara, tapi juga mereka yang ingin bersilaturahmi dengan sesama seniman.
Hanya satu hal yang tentunya harus diingat oleh para pengelola “Hariring”, bahwa sebuah program TV harus senantiasa inovatif dan variatif.