Kongres SHI Nasional II, Eka Santosa: Sepakat Desa Harus Kuat!

Pembukaan Kongres Sarekat Hijau Indonesia (SHI) ke-2 di Gedung Indonesia Menggugat Kota Bandung, pada Kamis 27 April berlangsung sukses. Hadir di antara ratusan simpatisan SHI antara lain:Chairil Syah, Ketua Umum SHI Indonesia; Ir. Muhamad Zulficar, Kepala Badan Pengembangan SDM Kelautan dan Perikanan; dan Eka Santosa, Ketua Umum Gerakan Hejo.[penci_related_posts title=”You Might Be Interested In” number=”4″ style=”list” align=”none” displayby=”cat” orderby=”random”]

“Saatnya kita berpaling memakmurkan puluhan ribu desa yang berada di pesisir, negara kepulauan kita. Melalui kebijakan Menteri KKP Susi Pudjiastuti yang pro lingkungan biru, kini SDA laut kita melimpah, malah. Masih ingatkan, dengan penenggelaman kapal asing illegal fishing itu…,” ujar Muhamad Zulficar yang dalam paparan di pembukaan kongres ini menjelaskan secara rinci prospek kemakmuran bagi puluhan juta nelayan yang tinggal di desa pesisir.

Eka Santosa, Ketua Umum Gerakan Hejo yang akhir-akhir ini gencar bersama tokoh Jabar Solihin GP (92), mengkritisi kebijakan Pemprov Jabar dan pimpinan daerah lainnya, dalam hal lingkungan hidup, menurutnya kerusakannya sudah pada tahap ‘Jabar Darurat Lingkungan’. Eka, ditanya soal harapan dari kongres ini, pengelolaan hutan yang identik dengan pembangunan perdesaan, bila berorientasi ekonomi:”Kerusakan hutan sebagai sumber kehidupan, harus seminimal mungkin memperhitungkan dampak buruknya. Jangan kompromi-lah, dengan para perusak lingkungan!”

Sementara itu Chairil Syah, dikonfirmasi soal kecenderungan perusakan lingkungan hidup di Jawa Barat:”Justru itu di provinsi yang masuk terbanyak penduduknya ini, kongres ini kami gelar. Intinya, pemimpin di provinsi ini siapa pun orangnya harus pro lingkungan.Inginnya, kongres ini menginspirasi mereka.”

Harapan Warga

Dibalik hiruk-pikuk kongres yang dihadiri ratusan peserta dari seluruh Indonesia, tersembul harapan dari Sekjen Baraya Tani Jawa Barat, Atep Ahmad S.H. S.Pd., pentingnya petani di pedesaan memiliki tanah sendiri. Menurutnya, kultur desa di sekitar DAS (Daerah Aliran Sungai) Citarum di Desa Cibeureum, Kec. Kertasari Kab. Bandung.”Bagaimana mau ideal, luas Desa Cibeureum 2035 ha, didalamnya 175 ha tanah adat milik rakyat itu berupa fasilitas umum. Penduduknya 17.000 jiwa. Sisanya 1860 ha milik Perhutani dan Perkebunan, dijadikan lahan garapan rakyat.”
[penci_related_posts title=”You Might Be Interested In” number=”4″ style=”grid” align=”none” displayby=”recent_posts” orderby=”random”]

Lagi menurut Atep dihadapan Eka Santosa, berharap pemerintah punya political will yang jelas soal pertanahan di hulu Sungai Citarum:”Segera lakukan resdistribusi tanah ke petani penggarap. Pindahkan mereka dari garapan bertani di lahan Perhutani di Gunung Wayang. Saya jamin, ribuan buruh tani akan turun dari lereng itu. Biar hijau lagi. Ini solusi jitu soal kerusakan Sungai Citarum yang bertahun-tahun makin rusak.”

“Harapan saya pun sama dengan Kang Atep tadi soal hulu Sungai Citarum yang kini sudah jadi sungai terkotor sedunia. Di kongres SHI ke-2 ini semoga, keinginan dari masyarakat bawah yang terdampak berat, bisa diakomodir. Ya desa hijau itu segeralah terwujud” pungkas Eka digosipkan akan “balik kandang ke PDIP” – “Berharap pemimpin Jabar ke depan siapa pun itu, harus clean and capable dalam hal lingkungan hidup. Prinsipnya, desa kuat negara kuat harus kita tuju.” (HS/SA)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *