Warga Kepulauan Nias Merapat ke Eka Santosa, Ada Apa?

Warga Kepulauan Nias Merapat ke Eka Santosa, Ada Apa?Pak Zega, demikian biasa orang memanggilnya. Ia tokoh Jabar asal Kepulauan Nias, tentu telah lama tinggal di Jawa Barat. Rabu, 19 April 2017, Zega ditemani Taosarao Dandroto , Ketua Umum Pamanis (Paguyuban Masyarakat Nias), hadir di Kawasan Ekowisata dan Budaya Alam Santosa di Pasir Impun Kabupaten Bandung. Wajarlah, para jurnalis yang biasa mangkal di daerah yang penuh kehijauan ini, bertanya?

Gerangan berdua hadir di Alam Santosa, terkesan mendadak, ada apa? Tanya beberapa awak media yang biasa ‘nongkrong’ di kawasan Alam Santosa. Bisalah dijelaskan?

“Begini, Kang Eka Santosa itu bagi kami warga dari Kepulauan Nias sejak 2008, kala ia masih di Komisi ll DPR RI sudah diberi gelar Balugu Sama’ötö. Artinya, selaku raja yang menghantarkan Nias ke tempat yang dituju, atau yang telah berjasa besar, jelas Zega yang diamini rekannya Taosarao Dandroto yang akrab disapa Osa Sandroto – “Terbentuk 3 daerah otonom baru di Nias, Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, dan Kota Gunugsitoli. Lalu menjadi 5 kota dan kabupaten. Tinggal, menjadi provinsi sedang diperjuangkan.”

Mengada-ada, Kalian …

Adakah ini hubungannya dengan Pilgub Jabar 2018? “Ah, kalian ini mengada-ada. Namanya Kang Eka itu kan raja kami secara adat. Bila ia punya niat baik, sejauh itu baik pula untuk semua? Itulah, kami datang untuk memperbincangkannya”, kata kedua warga Nias yang sudah lama tinggal di Jawa Barat dan mempunyai seratus ribu lebih anggotanya – “Menurut sejarah, orang Nias di Jabar ini tinggal sejak 1939. Kebanyakan para petingginya di Indonesia, itu lulusan dari beberapa perguruan tinggi di Bandung,” kata Zega yang juga sebagai anggota Martabe, yakni komunitas warga asal Sumatera Utara di Jabar yang jumlahnya sekitar 3 juta jiwa.

Bagi Eka Santosa sendiri selaku Ketua Umum Gerakan Hejo, maupun Sekjen BOMA (Baresan Olot Masyarakat Adat) Jabar, kehadiran Zega dan Osa Sandroto:”Ini silaturahmi yang baik di antara kami, sudah terjalin cukup lama. Kesana-kemari kami berbincang.”

Kala Eka dikonfirmasi, adakah kaitan dengan Pilgub Jabar 2018 yang digadang-gadang oleh sesepuh Jabar Solihin GP, mendampingi Ridwan Kamil (Walikota Bandung) yang berniat menjadi gubernur Jabar?

“Secara spesifik, ya silaturahmi. Ini dalam kerangka ihktiar itu. Banyak hal kami bahas. Dimensi dan kedalamannya pun sangat khas”, jelas Eka yang pada pagi harinya di Alam Santosa telah diwawancara secara khusus oleh NET.TV, dalam kapasitasnya sebagai Ketua Umum Gerakan Hejo, pun sebagai Ketua Forum DAS (Daerah Aliran Sungai) Citarum.

Soal ‘Balik kandang’

Eka Santosa kala didesak, makna pertemuan ini apa? “Begini, orang yang punya niat apa pun, boleh dong bertemu dan memperbincangkan dengan siapa pun? Termasuk dengan warga dan komunitas dari berbagai kalangan. Faktanya, tiap hari silih berganti, tamu ke Alam Santosa, Pasir Impun”, tuturnya, sambil kembali ia jelaskan gossip politik, makin santer dirinya berniat ‘balik kandang’, kembali ke PDIP – “Ya, soal ‘balik kandang’ ini pun sempat mereka tanyakan. Ke Pak Zega dan Pak Osa, saya jelaskan segala kemungkinan itu dengan berbagai variabelnya. Tampaknya, mereka paham dan akan dirintis beberapa kerjasamanya”.

Sebelum meninggalkan Alam Santosa, para jurnalis kala itu masih penasaran – Besok Kang Eka akan kemana? – “Oh ya, saya dipanggil mendadak Mang Ihin (Solihin GP), kemungkinan bertemu Kang Emil (Ridwan Kamil) di DPKLTS, besok (20/4/2017). Semoga saja yang terbaik, kita peroleh dari pertemuan besok itu.”

Sekali lagi Kang Eka, makna pertemuan dengan warga kepulauan Nias ini apa?”Silaturahmi, ternyata warga yang jauh dari Jawa Barat tadi itu merasa terpanggil untuk ikut membenahi provinsi yang potensi alamnya sangat subur dan warganya begitu ramah serta penurut pada aturan pemerintah, namun disayangkan terjadi yang sebaliknya di lapangan. Mereka yang tinggal sejak 1939 di Jabar, ingin turut memperbaikinya. Itu, kata mereka sendiri dengan terbuka dan lugas. Ini amanah,” pungkasnya yang malam harinya – “Masih akan ada tamu dari Bogor dan Purwakarta. Bahasannya, soal keluhan kondisi lingkungan di daerahnya. Bagusnya, mereka punya solusinya. Nantilah akan dibedah ..”. (gun)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *