Kantor Ridwan Kamil ‘Diserbu’ Ribuan Sopir Taksi

Kantor Ridwan Kamil 'Diserbu' Ribuan Sopir TaksiSekitar dua ribu sopir taksi yang tergabung dalam Gabungan Pengemudi Taksi Bandung (GPTB) menggelar aksi unjuk rasa di Balai Kota yang merupakan Kantor Wali Kota Bandung Ridwan Kamil, Rabu (2/11/2016).

Mereka datang dengan berjalan kaki dari Jalan Viaduct menuju Balai Kota Bandung. Tuntutan utama mereka adalah meminta pelarangan beroperasinya taksi berbasis online.

Alasannya, taksi berbasis online tidak memiliki izin dan menggunakan plat hitam. Hadirnya taksi online pun dirasa menggerus pendapatan para sopir taksi yang menurun tajam.

Berbagai spanduk kecaman dan penolakan terhadap online pun dibawa para sopir, di antaranya ‘Tolak Taksi Ilegal’, ‘Bubarkan Taksi Ilegal (Plat Hitam) Berbasis Online GO Car, Uber, Grab Car’, dan ‘Pemerintah!! Di mana pihakmu?? Jangan Sampai Hukum Rimba Berlaku’.

Saat tiba di dekat Balai Kota Bandung, massa bernyanyi Halo-halo Bandung. Selain itu, mereka juga berkali-kali berteriak ‘Hidup Ridwan Kamil’ sebagai bentuk sindiran atas pembiaran taksi online.

Mereka kemudian berhenti di depan gerbang Balai Kota Bandung. Satu per satu, perwakilan sopir taksi berorasi menyuarakan sikapnya di atas mobil bak terbuka yang dijadikan panggung orasi.

“Mereka beroperasi seolah-olah preman, seolah-olah mafia, jadi hari ini kami menganggap Ridwan Kamil bagian dari mafia. Jika Ridwan Kamil tidak hadir di depan kita, maka dia tidak bertuhan, tidak gentleman,” teriak salah seorang sopir.

Massa pun menuntut agar Ridwan Kamil menemui mereka agar aspirasi mereka didengar secara langsung. Sebab selama ini mereka sudah sabar melihat taksi online beroperasi.

Padahal enam bulan lalu, Ridwan Kamil sudah menjanjikan taksi online tidak boleh beroperasi di Kota Bandung. Tapi faktanya, taksi online terus beroperasi hingga kini.

“Kami sudah menunggu enam bulan janji Bapak. Bapak sudah menjanjikan Grab, Uber tidak diizinkan di Kota Bandung. Kami datang ke sini meminta janji. Sekali lagi kami datang ke sini mohon dihargai, kami adalah yang membayar pajak,” ucap Dedi, salah satu sopir taksi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *