Gerakan Hejo dan Ditjen Kebudayaan Hasilkan Kesepakatan

edu-kemendikbud-1-copyBertempat di Gedung E lantai 10 Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbud Jl. Jenderal Sudirman, Jakarta, rombongan Gerakan Hejo melakukan pembahasan sejumlah program bersama “tuan rumah” Direktorat Jenderal Kebudayaan. Hartini, Direktur Direktorat Pembinaan Kepercayaan Terhadap Tuhan YME dan Tradisi, siang itu (1/11/2016) mewakili Ditjen Kebudayaan, Hilmar Farid menerima Gerakan Hejo yang dipimpin oleh Eka Santosa. Mendampingi Sri Hartini, hadir Mula Sinaga, Kasubdit Program, Evaluasi, dan Doumentasi; Sri Guritno, Kasubdit Komunitas Adat; dan Meta, Subdit Seni Pertunjukan.

Ketua Umum Gerakan Hejo yang juga sebagi Duta Sawala (Sekertaris Jenderal) BOMA (Baresan Olot Masyarakat Adat) Jawa Barat, Eka Santosa dalam kesempatan ini memaparkan kiprahnya selepas Ia tak lagi aktif sebagai Ketua Komisi ll DPR (2004 – 2009). “Kecintaan ke warga adat yang termarginalisasi utamanya dalam hak dasar, sejatinya sudah lama saya lakukan. Pendampingnya sesepuh Jabar Solihin GP. Sekarang lebih leluasa bergerak,” ucapnya.

Menanggapi paparan Eka, Sri Hartini mengapresiasi, peran ini tak ada beda dengan yang telah kami lakukan. Ini bahkan telah menjadi drive yang significant bagi pembinaan bangsa, terutama masyarakat adat.

Pertemuan ini diprakarsai oleh “Astro” Rizki Ramdani, Hubungan Antar Lembaga Gerakan Hejo dengan inisiasi Agung dari Penabulu Alliance yang berbasis di Jakarta. “Ini sebagai introduksi antar dua lembaga. Untuk masa depan terbuka kemunginan kerjasama di bidang pengembangan hak ulayat masyarakat adat, pemberdayaan seni pertunjukan, juga pemberdayaan ekonomi rakyat,” ujar Agung yang didampingi rekannya Indah Arnaelis.

Secara terpisah Agus Warsito, Sekjen Gerakan Hejo menyatakan optimisme di masa depan program Gerakan Hejo dan BOMA Jabar yang berintikan pada pemberdayaan masyarakat di bidang ekologi, ekonomi, dan edukasi. “Termasuk kerjasama di bidang seni pertunjukan untuk tahun 2017 ke depan, dibahas lebih intens,” ujarnya.

Paris Mereaksi

Sementara itu Gerakan Hejo sesaat pembahasan ini usai, melaporkan hasil pertemuan ini ke rekannya “Ambassador Gerakan Hejo di Eropa”, Saladin Belhacel. Saladin sendiri telah menemui langsung Wakil Delegasi Tetap RI untuk UNESCO, Tubagus Ahmad Fauzi Soelaeman pada tahun 2016 – merintis untuk menempatkan Kawasan Baduy di Kabupaten Lebak Provinsi Banten, sebagai world heritage.

Diketahui pula Saladin bersama Abah Sahari, Olot dari Kanekes Baduy sekitar  Februari 2016 telah diterima secara pribadi oleh Puun di Baduy Dalam. Setelahnya, Saladin bersama Gerakan Hejo melakukan seminar tersendiri dengan para antropolog dari UNPAD Bandung.

“Kita teruskan lagi rintisan Saladin kawan kita di Eropa. Ia begitu peduli pada  warga Baduy. Gerakan Hejo sudah menyurati soal ini ke Gubernur Provinsi Banten dan Bupati Lebak, sayang ta berbalas,” tambah Eka dengan wajah sedikit muram.

Kembali, dari pertemuan ini menurut Agus Warsito:”Tadi ada sinergitas yang baik dalam implementasi sejumlah program. Ini bisa dirintis kerjasamanya dengan Kemendikbud, sekaligus rintisan untuk pendaftaran ke UNESCO, bisa kita mulai lagi,” pungkasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *