Debat Capres AS, Trump dan Clinton Ogah Jabat Tangan

Debat Capres AS, Trump dan Clinton Ogah Jabat TanganDebat capres Amerika Serikat (AS) ketiga dan terakhir digelar di Las Vegas. Kedua capres, Hillary Clinton dan Donald Trump berdebat sengit membahas sejumlah isu, mulai dari hukum, ekonomi, imigrasi, aborsi, hingga soal Vladimir Putin, Suriah dan ISIS.

Dalam debat terakhir yang digelar di University of Nevada, Las Vegas pada Rabu (19/10) malam waktu setempat, seperti dilansir Reuters, Kamis (20/10/2016), presenter berita Fox News Chris Wallace menjadi moderator. Pertanyaan soal berbagai isu yang belum dibahas dalam dua debat sebelumnya, berusaha untuk diangkat oleh Wallace.

Debat dimulai tanpa jabat tangan kedua capres, sama seperti debat kedua pada 9 Oktober lalu. Debat kemudian diawali dengan pertanyaan soal Mahkamah Agung (MA) dan Konstitusi AS. Salah satu hakim MA yang bernama Antonin Scalia meninggal dunia pda Februari 2016. Penunjukan pengganti Scalia merupakan tugas Presiden AS selanjutnya, yang akan menggantikan Presiden Barack Obama. Trump menyebut, dirinya akan menunjuk hakim yang mendukung ‘pro-kehidupan’ atau menolak aborsi.

Baca juga: Soal Hasil Pilpres AS, Donald Trump Menolak Mengatakan Siap Menerima

Jawaban ini mengarahkan diskusi pada isu aborsi. Hillary kemudian menegaskan dirinya mendukung putusan MA tahun 1973 dalam kasus Roe v. Wade yang berujung legalisasi aborsi di AS. Trump bersikeras bahwa aborsi itu tidak dibenarkan.

“Jika Anda setuju dengan apa yang dikatakan Hillary, yang dilakukan saat kandungan berusia 9 bulan, Anda bisa mengambil bayinya dan mengambil bayinya dari sang ibu … Itu tidak oke bagi saya,” jawab Trump.
Dari isu aborsi, perdebatan sengit beralih ke isu imigrasi dan keamanan perbatasan. Trump kembali menegaskan kebijakannya untuk membangun tembok perbatasan dengan Meksiko, juga meningkatkan patroli perbatasan. Dia juga menuding Hillary menginginkan perbatasan terbuka untuk AS, yang langsung disanggah Hillary.

Selama debat berlangsung, baik Hillary maupun Trump terus saling timpal, sehingga memaksa moderator Wallace untuk menengahi mereka. Keduanya juga berdebat sengit soal Rusia dan presidennya, Vladimir Putin, yang pernah dipuji-puji Trump. Hillary menyinggung soal peretasan terhadap email tim kampanyenya dan juga tim Partai Demokrat, yang disebutnya didalangi Rusia.

Baca juga: Debat Capres Terakhir, Hillary Sebut Trump Akan Jadi Boneka Putin

Trump membantah klaim Hillary dengan menyebutnya tidak tahu apa-apa. Hillary menegaskan, pernyataannya itu mengutip 17 sumber militer dan intelijen yang memahami peretasan itu. Dia juga menyebut Trump lebih percaya Putin daripada para pejabat AS.

“Dia lebih percaya Vladimir Putin daripda pejabat intelijen sipil dan militer yang disumpah untuk melindungi kita,” sebut Hillary.

Hillary kembali menyerang Trump saat isu soal tudingan pelecehan seksual dari sejumlah wanita, diangkat oleh moderator Wallace. “Donald berpikir dengan menganggap remeh wanita, bisa membuatnya lebih besar. Dia menjatuhkan martabat mereka, kepercayaan diri mereka, dan saya pikir tidak ada satupun wanita di manapun yang tidak tahu bagaimana rasanya,” sebut Hillary.

“Ini adalah pola. Pola untuk memecah-belah, yang sangat kelam dan memberikan visi berbahaya bagi negara kita, saat dia menghasut kekerasan, saat dia memuji orang-orang yang saling mendorong, menarik dan meninju di kampanyenya. Ini bukan Amerika yang sebenarnya,” imbuhnya.

Di satu kesempatan debat, Trump menyebut Hillary sebagai ‘wanita kotor’. Komentar itu dilontarkan saat Hillary menyatakan, dirinya akan menaikkan pajak untuk para konglomerat AS demi membantu mendanai program pensiun AS. Dia juga menyebut Trump pasti akan mencari cara untuk menghindari membayar pajak.

“Sungguh wanita kotor,” cetus Trump kepada Hillary.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed