Clinton Sebut Trump Kemungkinan Langgar Hukum AS atas Kuba

Clinton Sebut Trump Kemungkinan Langgar Hukum AS atas KubaCalon Presiden AS dari Partai Demokrat, Hillary Clinton, menyebut Donald Trump kemungkinan melanggar hukum dengan beredarnya kabar bahwa rivalnya dari Partai Republik itu diduga membangun bisnis di Kuba.

Clinton melontarkan dugaan ini setelah beredarnya laporan Newsweek pada Kamis (29/9) yang menyebutkan keberadaan sebuah hotel dan kasino di bawah pengelolaan Trump beroperasi di Kuba. Hal ini dilarang di bawah sanksi AS terhadap Kuba yang dijatuhkan pada masa pemerintahan Fidel Castro.

“Hari ini, kami mengetahui upayanya untuk menjalankan bisnis di Kuba yang kemungkinan melanggar hukum AS, tentu menghina kebijakan luar negeri Amerika, dan dia terus-menerus menipu rakyat dalam merespons pertanyaan mengenai dugaan bisnisnya di Kuba,” ujar Clinton seperti dikutip Reuters.

Clinton dan Trump belakangan ini kerap saling serang pernyataan menjelang pemilihan umum presiden yang akan digelar pada 8 November mendatang. Tim kampanye Trump sendiri belum dapat dihubungi oleh Reuters guna mendapatkan klarifikasi.

Namun, merujuk pada wawancara dengan mantan pejabat eksekutif dalam struktur organisasi Trump, rekam internal perusahaan dan pengadilan, Newsweek melaporkan bahwa perusahaan itu menghabiskan dana setidaknya US$68 ribu (setara Rp884 juta) untuk perjalanan ke Kuba pada 1998, ketika pengeluaraan korporat apa pun dilarang tanpa persetujuan pemerintah AS.

Menurut Newsweek, bukan perusahaan Trump langsung yang mengeluarkan dana tersebut. Namun, korporasi Trump menyalurkan uang tunai perjalanan ke Kuba itu melalui perusahaan konsultan.

Mengutip seorang mantan eksekutif Trump, Newsweek melaporkan bahwa tujuan dari perjalanan ke Kuba itu adalah untuk membangun pijakan bagi perusahaan mereka.

Sumber ini menyebut bahwa Trump berpartisipasi dalam diskusi-diskusi mengenai perjalanan ke Kuba ini. Dia juga disebut mengetahui perjalanan ini akhirnya diwujudkan.

“Upaya yang dibuat Trump untuk masuk ke pasar Kuba, menunjukkan dia lebih mementingkan bisnis dan urusan pribadinya ketimbang hukum dan nilai-nilai serta kebijakan Amerika Serikat,” kata Clinton.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed