Solihin GP Menghadiri Raker Gerakan Hejo

Solihin GP Menghadiri Raker Gerakan HejoSebuah kejutan terjadi tatkala digelar Rapat Kerja Gerakan Hejo (14/8/2016) di Kawasan Ekowisata dan Budaya Alam Santosa di Jl. Pasir Impun Atas No 5A Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung.

“Bersyukur Mang Ihin (sapaan akrab Solihin GP – red) bisa hadir pada Raker Gerakan Hejo ini. Rekan-rekan dari DPD se Jabar bisa mendengar langsung pemikiran beliau tentang Jabar masa kini dan mendatang. Materi ini kami anggap penting”, jelas Eka Santosa, Ketua Umum Gerakan Hejo, yang sebelumnya menyimak bersama peserta Raker pemaparan detil tentang Politik Gerakan Hejo oleh Rizky Ramadhani atau Astro dari bagian Litbang Gerakan Hejo.

Solihin GP (91) yang mantan Gubernur Jabar era 1970 – 1974, dan kini masih aktif memimpin DPKLTS (Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda) dalam 15 tahun terakhir, pada Raker ini mengamanatkan sejumlah pokok pikiran, diantaranya:”Satu hal yang saya inginkan sebelum saya pulang, Jawa Barat harus punya pemimpin yang bersih dan berwibawa. Kita kena akibatnya, dalam sepuluh tahun terakhir, utamanya kondisi lingkungan hidup awut-awutan”.

Tak pelak ujaran ini mengundang reaksi dari hadirin peserta utusan DPD Gerakan Hejo se- Jawa Barat. “Contoh nyata, kepemimpinan di Garut mulai lingkungan hidup sampai tata pemerintahan tak pernah beres”, komentar Tato dan Dik Dik dari DPD Gerakan Hejo Kabupaten Garut.

Sementara itu Sobirin Supardiono, Koordinator Dewan Pakar DPKLTS yang menemani Solihin GP, pun dalam paparannya yang mengkritisi kondisi kepemimpinan dan lingkungan hidup di Jawa Barat:”Sedikitnya ada 660.000 Ha lahan kritis di provinsi kita. Ke depan hal ini masih akan bertambah, bila penangananya seperti sekarang. Taraf hidup sekitar 45 juta populasi akan semakin terpuruk. Kita lengah saja, tamatlah. Buktinya, kini 50% bencana alam nasional, kerap terjadi di provinsi kita”.

Inspirasi Jabar

Dalam sesi dialog antara Solihin GP dengan para utusan DPD Gerakan Hejo Jawa Barat yang juga dihadiri oleh perwakilan BOMA (Baresan Olot Masyarakat Adat), serta beberapa unsur Forum DAS Citarum, sempat terjadi perdebatan yang mengarah pada pentingnya pola kepemimpinan di provinsi ini.”Kondisi di pesisir Jabar dan sekitar Gunung Galunggung, sangatlah memeprihatinkan kami. Harus ada perubahan mendasar pada banyak hal. Paradigma dan implementasi di lapangan soal lingkungan, perlu drastis diubah!”, kata Diding Herdianto dan Wawan H dari Tasikmalaya.

Timbulnya perdebatan tentang perlunya pola kepemimpinan baru di Jabar, di mata Yena Rohaniah Iskandar, Bendahara Gerakan Hejo:”Banyak memunculkan hal yang inspiratif. Mungkin, partisipasi masyarakat selama ini banyak tertutup katupnya. Mereka sadar ternyata, melalui Gerakan Hejo ada keselarasan. Malah sudah berprakarsa jauh di daerahnya”.

Secara terpisah kepada Eka Santosa disela-sela mengakomodir Raker ini, Ia sempat dicecar para awak media – Inikah, melalui Gerakan Hejo berniat mengkerucutkan Anda di Pilgub Jabar 2018? Dengan siapakah akan berpasangan kelak? “Garis besarnya, tak saya perdulikan betul, terutama dalam jangka pendek ini. Prioritas, memperbaiki lingkungan di Jabar seperti yang diprihatinkan Mang Ihin. Itu bagian tak terpisahkan dari Gerakan Hejo. Raker ini sebagai rambu-rambu untuk program perbaikan lingkungan itu, muaranya kesejahteraan rakyat . Caranya, bisa kita lakukan banyak hal”.

Kembali Eka, tatkala didesak dengan siapakahta Anda akan berpasangan kelak pada Pilgub Jabar 2018? “Nanti dululah, semua ada proses. Mang Ihin pun sangat demokratis tadi dalam paparan mencari pemimpin Jabar baru yang berwawasan lingkungan. Kalaulah boleh, kira-kira dengan siapakah cocoknya?”, pungkasnya sembari mempersilahkan para tamu dan rekan-rekannya, menikmati kehijauan dan pusat pembibitan ikan endemik (lokal) di Alam Santosa yang kini sudah menjadi kawasan konservasi – setelah sekitar 15 tahun direboisasi dari tanah gersang, salah satu sumber bencana longsor dan banjir di Bandung Timur.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *